Wednesday, 25 May 2011

Internasionalisasi Masal (Globalisasi)

Globalisasi ekonomi dapat didefinisikan sebagai mendunianya kegiatan dan ketertarikan perekonomian. Kegiatan-kegiatan perekonomian tidak lagi mengenal batas-batas kenegaraan, bukan lagi sekedar internasional tapi transnasional, menggiring perusahaan-perusahaan yang semula multinasional menjadi transnasional. Mereka beroperasi menembus batas-batas negara, bahkan memudarkannya. Ini menyebabkan meningkatnya peredaran uang dan modal secara global, pesatnya alih-teknologi, cepatnya hasil-hasil distribusi, munculnya aliansi strategis antar perusahaan sejenis, serta bermunculannya produk-produk berstandar global.

Hal yang sama berlaku untuk budaya, teknologi, sistem ekonomi, dan keragaman produk yang tersedia. Disatu pihak akan makin banyak yang saling mirip di seluruh dunia, di pihak lain, di satu tempat manapun orang akan menyajikan keragaman yang luar biasa dan perpaduan-perpaduan yang mempesona, seperti orang menikmati curry Bangladesh di London, stirfry Tibbs Etiopia di Washington DC, atau Sashimi Jepang di Antwerpen. Globalisasi mengubah struktur perekonomian dunia secara fundamental. Interdependensi perekonomian negara semakin erat baik antar negara maju, negara berkembang dan negara maju, bahkan negara miskin dengan negara berkembang dan maju.

Sebagai negara dengan perekonomian terbuka dan melaksanakan pembangunan dengan mengandalkan ekspor, maka indonesia –suka atau terpaksa– pastinya terkena dampak dari perubahan-perubahan ekonomi dunia yang sangat cepat dan mendasar ini. Indonesia bukan saja harus pandai dalam bekerja sama dengan negara-negara lain, akan tetapi dilain pihak harus pula dapat mengembangkan daya saing yang memadai menghadapi internasionalisasi massal tersebut. Competitive advantage dan comparative advantage menjadi strategi Indonesia untuk menghadapi globalisasi.


Keunggulan Komparatif dan Keunggulan Kompetitif

Keunggulan komparatif adalah landasan yang digunakan oleh para ekonom ketika berfikir tentang perdaganga dengan berfokus pada keunggulan yang paling mampu dikerjakan. Indonesia harus bertahan pada membuat apa pun yang bagi perekonomian paling efisien sesuai situasi. Sementara itu, meskipun (tampaknya) lebih buruk dalam segala hal, sebaiknya bertahan pada membuat apa pun setidaknya bukan paling buruk.

Keunggulan kompetitif terlihat dari bagaimana investor-investor asing mulai berpaling ke negara yang menawarkan insentif lebih menarik daripada yang ditawarkan oleh Indonesia. Bagaimana Cina menawarkan berbagai kemudahan dalam investasi asing dan pasar domestik negeri itu yang semakin besar. Malaysia dan Thailand yang semakin menarik investor asing karena disana semua urusan bisa diselesaikan relatif lebih lancar dan cepat serta tidak menimbulkan high cost economy. Keunggulan Kompetitif muncul bila pelanggan merasa bahwa mereka menerima nilai lebih dari transaksi yang dilakukan pesaingnya.

kita harus memetakan keunggulan komparatif yang dimiliki Bangsa Indonesia saat ini, sebelum kita berbicara mengenai keunggulan kompetitif. Jika kedua keunggulan tersebut dihadap-hadapkan, maka secara realita bangsa yang memiliki keunggulan kompetitif merupakan negara yang maju. Indonesia banyak memiliki keunggulan komparatif tapi tidak banyak memiliki keunggulan kompetitif, sehingga kalah maju bila dibandingkan dengan Singapura, Jepang, dan lain-lain. Begitu pula jika dibandingkan negara beberapa negara di Eropa, Amerika, dan sebagainya.


Pembatasan Perdagangan

Dikarenakan banyaknya negara yang tidak dapat secara luas mengeksplore keunggulan komparatif maupun keunggulan kompetititf, serta adanya pihak-pihak yang berkepentingan pada masing-masing negara, tidak jarang diberlakukan kebijakan yang membatasi perdagangan internasional dalam hal ini tidak turut serta dalam laju globalisasi. Berlawanan dengan kepercayaan umum, pada dasarnya tidak mungkin internasionalisasi masal menghancurkan semua pekerjaan kita atau dengan istilah lain kita mengimpor segala sesuatu dari luar negeri tanpa ekspor sedikitpun. Sebagai contoh : orang inggris menjual bor mesin kepada orang Arab Saudi, orang Arab Saudi menjual minyak kepada orang Jepang, Orang Jepang menjual robot kepada orang China, dan orang China menjual televisi kepada orang inggris. Kebijakan pembatasan perdagangan akanselalu mendatangkan kerugian lebih banyak daripada keuntungan, tidak hanya bagi negara yang dikenai kebijakan tersebut akan tetapi juga bagi negara yang menerapkannya.

Indonesia sendiri pada tahun 2008 menempati posisi ke-50 dari 125 negara terkait dengan kebijakan perdagangan dalam Indikator Perdagangan Dunia (WTI) 2008. Peringkat Indonesia tersebut meningkat karena penurunan pembatasan perdagangan, seperti tarif dan indikator non-tarif lainnya. Pada indeks pembatasan tarif perdagangan (TRRI) yang berada pada kisaran 4,5 persen atau lebih rendah dari rata-rata Asia Timur dan Pasifik sebesar 4,9 persen. Bahkan jauh lebih rendah dari rata-rata negara berpendapatan menengah sebesar 8,7 persen.


Permasalahan

Masalahnya, apakah globalisasi sesuatu yang baik?. Kita boleh mengatakan bahwa perdagangan menjadikan negara-negara seperti Amerika Serikat lebih kaya. Ini sungguh sebuah cara lain untuk mengatakan bahwa globalisasi adalah sesuatu yang baik. Yang pertama perlu diketahui dari permasalahan ini adalah menggali informasi lebih jelas tentang globalisasi. Tanpa menjadi telalu teknis, globalisasi terdiri dari lima pokok persoalan berbeda :
1. Perdagangan barang dan jasa
2. Perpindahan penduduk
3. Pertukaran pengetahuan teknik
4. Investasi langsung asing
5. Investasi lintas perbatasan untuk aset-aset keuangan seperti saham dan surat berharga.

Untuk hampir semua tujuan, globalisasi dapat dipandang secara baik dan buruk dari berbagai sisi. Ada banyak pendapat mengenai globalisasi dari berbagai pihak di seluruh dunia. Jawaban akhir yang diperoleh adalah globalisasi tidak memberikan hasil yang sama pada tiap negara di seluruh dunia. Bagi negara-negara yang telah siap menerima globalisasi, tentu saja akan merasakan dampak positif dari globalisasi, namun bagi negara-negara sedang berkembang memperoleh lebih banyak dampak negatifnya.

Proses globalisasi mengurangi kemiskinan terlihat dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang meningkat. Menurut hasil survei WVS (World Value Surveys), terjadi peningkatan harapan hidup, dengan menurunnya tingkat kematian yang disebabkan oleh kelaparan, penyakit karena perkembangan teknologi dan ekonomi. Ini menunjukkan bahwa perkembangan ekonomi dan industrialisasi memberikan hasil yang luar biasa pada tingkat harapan hidup masyarakat, namun pada titik tertentu perkembangan ekonomi atau pendapatan tidak memberikan sumbangsih apapun terhadap tingkat harapan hidup. Bagi negara sedang berkembang, globalisasi justru memberikan dampak buruk bagi pembangunan. Ekspansi pasar yang dilakukan perusahaan besar dari luar negeri membuat perusahaan-perusahaan kecil yang tidak mampu bersaing menjadi gulung tikar, yang kemudian mengakibatkan meningkatnya jumlah pengangguran. Selain itu, meningkatnya peran teknologi informasi dan media membuat produk-produk dalam negeri kehilangan daya tariknya.

Pada akhirnya Perdagangan bebas merupakan kenyataan yang tidak terhindarkan. Perdebatan seputar perdagangan bebas tidak lagi tentang perlu tidaknya perdagangan bebas, tapi lebih mengarah pada bagaimana indonesia memanfaatkan era perdagangan bebas untuk sebesar-besarnya kepentingan nasional.

sumber : ikohgifted.blogspot.com

No comments:

Linkss