Friday, 16 April 2010

Tragedi Hillsborough

Tragedi Hillsborough adalah tragedi yang mengakibatkan kematian para penonton sepak bola karena saling berjejalan pada tanggal 15 April 1989 di Hillsborough, yang menjadi kandang dari Sheffield Wednesday di kota Sheffield, Inggris. Peristiwa tersebut mengakibatkan 96 orang meninggal dunia yang semuanya adalah pendukung Liverpool F.C.). Jumlah korban meninggal tersebut tercatat sebagai jumlah tertinggi dalam kecelakaan di stadium dalam sejarah Britania Raya dan tetap menjadi rekor tragedi terbesar yang berhubungan dengan stadion sepak bola di Britania Raya.

Pada saat itu adalah pertandingan semi final Piala FA yang mempertemukan Liverpool dan Nottingham Forest. Tragedi Hillsborough adalah peristiwa kerusuhan fans di stadion kedua yang melibatkan Liverpool F.C., setelah Tragedi Heysel pada 1985.

95 orang meninggal pada Kejadian tersebut.

seorang lagi meninggal setelah mendapatkan perawatan sehingga menambah jumlah korban menjadi 96 orang. 89 diantaranya laki - laki serta 7 orang perempuan. Berdasarkan umur, kebanyakan diantaranya berusia dibawah 30 tahun serta 13 orang diantaranya dibawah usia 20 tahun. Korban termuda adalah seorang anak laki - laki berusia 10 tahun.

730 orang terluka di dalam stadiun serta 36 terluka di luar stadiun. Ratusan orang mangalami trauma karena peristiwa tersebut.

BETAPA NAASnya LIVERPOOL

Thursday, 15 April 2010

Tragedi Munich : Mimpi Buruk Setan Merah

SORE, Langit Kota Munich begitu gelap. Salju terus turun membuat pandangan mata terasa kabur, sementara hawa begitu dingin. Sesekali angin besar memainkan butiran salju hingga berhamburan ke mana-mana.

Meski begitu, suasana pesawat Elisabeth riang dan bahagia oleh canda dan tawa tim Manchester United. Tim yang saat itu dilatih tokoh legendaris Matt Busby, baru saja menahan Red Star Belgrade 3-3, sekaligus lolos ke semifinal Liga Champions.

Ini memang masa keemasan MU yang dijuluki Busby Babes. Mereka punya permainan memuka dan juara Liga Inggris pada 1956 dan 1957. Bahkan, banyak yang menilai MU berpeluang menjuarai Liga Champions.

Mereka berada di Bandara Munich-Riem, karena pesawatnya melakukan transit dan pengisian bahan bakar. Bayangan bakal disambut bak pahlawan sudah menggantung di pikiran para pemain Setan Merah. Lolos ke semifinal adalah pengalaman pertama tim itu. Dan, jarak Munich ke Manchester hanya beberapa jam saja dengan pesawat.

Setelah segalanya beres, pesawat milik British European Airways (BEA) itu pun kembali melakukan take-off. Percobaan pertama gagal. Yang kedua juga demikian, karena masalah mesin. Setelah dilakukan serangkaian perbaikan, kapten pilot James Thain pun mencoba melakukan take-off ketiga.

Agak berhasil. Pesawat seolah akan terbang normal pada pukul 15.04 waktu Munich. Namun, pesawat itu ternyata gagal mencapai ketinggian optimal untuk terbang ke udara.

Blaaast! Tiba-tiba pesawat belangsatan, dan terjatuh menimpa rumah penduduk. Tubuh burung besi yang membawa 44 penumpang - termasuk tim MU - itu pun terguling-guling dan hancur.

Tujuh pemain MU - Geoff Bent, Roger Byrne, Eddie Colman, Mark Jones, David Pegg, Tommy Taylor, Liam 'Billy' Whelan - tewas seketika. Sedangkan Duncan Edwards meninggal di rumah sakit pada 21 Februari. Sebanyak 15 penumpang lainnya, termasuk wartawan dan ofisial MU, ikut meninggal.

Pelatih Matt Busby sedniri terluka parah. Dia harus dirawat di rumah sakit selama dua bulan. Karena itu, sempat ada kekhawatiran Liga Champions 1958 akan dibatalkan, karena salah satu semifinalis sedang berduka.

Namun, Setan Merah tetap siap meneruskan kompetisi dengan pemain yang tersisa dan para pemain cadangan. Mereka yang selamat dari bencana itu adalah Johnny Berry, Jackie Blanchflower, Dennis Viollet, Ray Wood, Bobby Charlton, Bill Foulkes, Harry Gregg, Kenny Morgans dan Albert Scanlon. Sedangkan asisten pelatih Jimmy Murphy, menggantikan Matt Busby untuk sementara.

Dengan tim yang kurang lengkap,MU tampil memukau di semifinal. Tapi, mereka kurang cukup modal untuk meladeni AC Milan dan akhirnya tersingkir.

Itu menjadi bencana paling kelam dalam sejarah MU. Maka, MU selalu mengenangnya. Dan, 6 Februari 2008 lalu adalah tepat 50 tahun bencana yang sering disebut Tragedi Munich itu.

Itu juga menjadi tragedi nasional bagi Inggris. Maka, pada pertandingan persahabatan antara timnas Inggris lawan Swiss di Wembley, 6 Februari 2008, semua pemain menyempatkan hening sejenak mengenang para korban kecelakaan itu, sekaligus mengirim doa.

Namun, kontroversi sempat merebak kala MU melawan rival sekota Manchester City pada 10 Februari 2008. MU meminta semua hening semenit untuk mengenang tragedi itu, tapi sebagian suporter Man. City menolak dan mengancam akan mengganggu.6 Februari 1958.

Yang pasti, tragedi itu menjadi mimpi terburuk MU. Maka, klub itu membuat acara meriah pada peringatan 50 tahun Tragedi Munich. Gambar tim Busby Babes menghiasi Stadion Old Trafford. Berbagai selamatan juga dilakukan.

Monday, 12 April 2010

LIGA CHAMPIONS




2 - 1





FINAL LIGA CHAMPIONS 1999

Final Liga Champions 1999 dilangsungkan di Stadion Camp Nou, Barcelona tanggal 26 Mei 1999, antara Manchester United (Inggris) melawan Bayern Munich (Jerman). Sepanjang sejarah Liga Champions UEFA, final ini bisa dianggap sebagai final paling dramatis yang pernah ada. Manchester United -- secara dramatis -- berhasil mencetak dua gol di injury time setelah sebelumnya kalah 0-1 di 90 menit waktu normal. Trofi ini juga memastikan raihan treble winner untuk Manchester United, menjuarai Piala FA di awal bulan dan juara Premiership 11 hari sebelum Final LC.[1]

Lawan dari Setan Merah, Bayern Munich, juga mengejar kemenangan di final karena mereka telah memenangkan Bundesliga dan akan bermain di final Piala DFB-Pokal beberapa minggu kemudian. Pada pertandingan ini, Manchester United mengenakan seragam kebesaran berwarna merah dan putih, sedangkan Bayern Muenchen memakai kostum abu-abu (seragam kedua) mereka. Wasit Pierluigi Collina (Italia) -- yang kemudian menjadi 'sesepuh' wasit di Italia -- menyatakan bahwa pertandingan ini adalah pertandingan yang paling dikenang olehnya selama karirnya

RINGKASAN PERTANDINGAN

BABAK PERTAMA

Enam menit setelah pertandingan dimulai, bek Ronny Johnsen dari Man. United melanggar striker Bayern Carsten Jancker. Mario Basler mengeksekusi free-kick itu dengan rendah, melewati pagar betis, membobol gawang United. Tendangan Mario Basler cukup spektakuler -- melengkung rendah tepat ke pojok kiri gawang United yang dikawal oleh Peter Schmeichel.

Awal mula yang buruk bagi United. Memasuki pertengahan babak pertama, pasukan Fergie mulai mendominasi tetapi gagal menciptakan peluang yang berbahaya ke arah gawang Bayern. Jelas sekali Setan Merah menjadi kurang eksplosif tanpa gelandang Paul Scholes dan Roy Keane -- terkena hukuman di semifinal sebelumnya.

Di lain pihak, lini pertahanan Bayern yang diatur Ottmar Hitzfeld tanpak sangat rapi dan teratur. Andy Cole, yang berusaha mendekati kotak penalti, langsung dihadang oleh bek-bek Die Roten. Bayern Muenchen juga tampak berusaha melakukan counter-attack saat United kehilangan bola di daerah Bayern. Carsten Jancker memberondong lini belakang United dengan aksi solo-run yang baik -- tetapi terkena off-side, terima kasih untuk lini pertahanan rapi yang dipimpin oleh Jaap Stam.

Andy Cole berhasil melepaskan tendangan di kotak Munich, tetapi kiper Oliver Kahn berhasil menepis bola. Kemudian, Alexander Zickler melakukan tendangan spekulasi yang melebar ke gawang Schmeichel. Mario Basler mengeksekusi free-kick sekali lagi, gagal mengarah ke gawang. Di akhir babak pertama, sayap kanan United Ryan Giggs menerima umpan dari Cole, disundul olehnya ke arah Kahn, gagal menjadi gol. Babak pertama berakhir.

BABAK KEDUA

Awal babak kedua, Jancker berhasil memaksa Peter Schmeichel terbang menyelamatkan gawangnya. Basler kembali mengancam United lewat tendangan spekulasinya dari jarak 30 meter, dan lalu memberikan umpan yang gagal dimanfaatkan oleh Markus Babbel.

United balik menyerang. Di menit ke-55, Giggs memberikan umpan silang kepada Jesper Blomqvist, ditendang oleh Jesper, hanya mengenai tiang gawang. Waktu yang menipis memaksa pelatih United Alex Ferguson menukar Blomqvist dengan Teddy Sheringham untuk mencetak satu gol saja -- United berusaha memaksa Munich bermain imbang.

Pelatih Bayern, Ottmar Hitzfeld menukar Zickler dengan gelandang Mehmet Scholl. Hasilnya langsung tampak, dan Bayern Munich tampak mendominasi. Scholl memberikan peluang bagi Stefan Effenberg, sebuah tendangan keras yang sayangnya melenceng. Schmeichel kembali mematahkan peluang Bayern setelah men-tip tendangan Effenberg di menit 75. Lalu, Basler kembali membuka peluang dengan aksi solo-run yang gagal membuahkan gol, tetapi Scholl di sana men-chip bola... memantul tiang, bola ke tangan Schmeichel.

Memasuki 10 menit terakhir, tampaknya Old Trafford akan menangis. Ferguson mengeluarkan Andy Cole dan memasukkan Ole Gunnar Solskjaer -- yang saat itu dikenal sebagai supersub. Solskjaer langsung memaksa Kahn menepis sundulan terarah Solskjaer -- sangat dekat dengan gol yang dinanti. Semenit kemudian Carsten Jancker menendang keras, menghantam tiang gawang. Lima menit terakhir, aksi Teddy Sheringham dengan tendangan voli dan sundulan dari Solskjaer memaksa Oliver Kahn berjibaku menyelamatkan gawang.

Injury time

Offisial keempat memberikan waktu tiga menit bagi Fergie's Fledgings untuk mencetak dua gol. Segera setelah memasuki injury time, United mendapatkan peluang lewat tendangan bebas. Penonton berpikir bahwa ini adalah serangan terakhir United. Sebelum Beckham mengeksekusi, Peter Schmeichel maju ke depan untuk mencetak gol. Komentator ITV -- diambil dari situs Manchester United -- Clive Tyldesley berkata, "Bisakah Manchester United menggolkan? Mereka selalu menggolkan!"[3]

Mukjizat terjadi. Tendangan Beckham melayang di atas kepala Schmeichel. Dwight Yorke di sana, mengeksekusi... digagalkan oleh Thorsten Fink, disapu keluar. Sapuan tidak sempurna -- Giggs ada di sana! Giggs, di sisi kanan lapangan, menembak -- sayang terlalu lemah dan lambat... ada Sheringham di sana! Menyapu bola dengan kaki kanan... GOL!!! Bersarang di pojok gawang! Tampak United memaksa perpanjangan waktu digelar -- tujuan Fergie untuk Sheringham tercapai.

Keajaiban terus berlanjut. 30 detik kemudian, satu lagi tendangan pojok untuk United -- Schmeichel tetap di gawangnya kalau-kalau Bayern melakukan serangan balik. Beckham kembali mengeksekusi tendangan pojok, disundul oleh Sheringham ke bawah... ada Solskjaer! Tendangan ke atas... masuk ke gawang Munich! Gol kembali dicetak United. Solskjaer meniru perayaan gol Mario Basler sebelumnya dengan sliding di lututnya. Sontak sorak-sorai dari seantero stadion -- yang disebut Pierluigi Collina sebagai "auman singa". Solskjaer dikerubungi oleh para pemain United, pengganti, dan juga staf-stafnya di bangku cadangan. Schmeichel tampak sangat gembira di area gawangnya. Tyldesley berkata, "Beckham... menuju Sheringham... dan Solskjaer memenangkannya! Manchester United telah meraih Tanah Suci."

Permainan masih dilanjutkan, skor sudah 2-1 dan tinggal semenit lagi untuk bermain. Namun, pemain Bayern tampak sudah kehilangan semangat. Mereka kalah di laga yang sebelumnya mereka menangkan 2 menit sebelumnya. Beberapa kembang api sudah diluncurkan dari fans Munich beberapa saat sebelum keajaiban terjadi. Bahkan pemahat tulisan "Bayern Munich" di trofi LC dan pita dekorasi abu-abu (untuk Munich) sudah disiapkan dan trofi sudah dibawa ke pinggir lapangan. Ketika United mencetak gol kedua, trofi dibawa kembali ke dalam dan dihiasi dengan pita merah-putih untuk Man. United -- tulisan Manchester United di trofi agak berantakan.

United mempertahankan kemenangan mereka, artinya mereka meraih trofi kedua mereka di Liga Champions. Samuel Kuffour menangis setelah pertandingan, dalam kesedihan, begitu pula dengan Carsten Jancker. Muka Lothar Matthaus tampak kosong setelah gol kedua United. Dia telah ditukar empat menit sebelumnya. Faktanya, di akhir kariernya Matthaus gagal meraih trofi Liga Champion -- ia telah memenangkan seluruh piala di Jerman, Piala UEFA, dan Piala Dunia. Clive Tyldesley berkomentar, "Apa yang harus dipikirkan Lothar Matthaus? Yah, sungguh suatu kehormatan, siapa peduli?"

Ketika trofi diberikan kepada Manchester United, kapten Fergie's Fledglings malam itu, Peter Schmeichel, mengangkat trofi bersama-sama dengan gaffer Alex Ferguson. Biasanya hanya kapten yang mengangkat trofi. Ini juga menjadi final terakhir dan pertandingan terakhir Peter Schmeichel. Ia memutuskan pensiun setelah pertandingan ini.


LIGA CHAMPIONS

FINAL LIGA CHAMPIONS UEFA 1999

Sunday, 11 April 2010

SEJARAH ROGER MILLA



Ketika Roger Milla, mantan pemain Pelita Jaya, ikut bertarung dalam Piala Dunia 1990 dan mencetak empat gol walaupun tidak pernah dipasang sebagai starter, pemain veteran itu tidak hanya telah mencatatkan namanya dalam legenda tetapi juga membantu membawa sepakbola Afrika keluar dari kegelapan menuju tatapan global.

Daya tahan adalah kualitas yang selalu dipuja dalam sepakbola dan walaupun tidak seperti legenda Inggris Sir Stanley Matthews yang masih aktif bermain di umur 53, pencapaian internasional Milla meninggalkan banyak kekaguman. Sebagai spesialis pemain pengganti alias 'cadangan super' ia tidak ada tandingannya.

Pada umur 30 untuk pertama kalinya Milla bermain di Piala Dunia 1982, walaupun sebelumnya reputasinya telah terkenal di daratan Afrika setelah meraih gelar Pemain Terbaik Afrika pada 1976, ketika bermain untuk klub lokal Tonerre Yaounde dan mencetak 69 gol dalam 87 pertandingan.

Prestasinya menarik perhatian klub-klub Eropa dan sejak 1979 dia pun memulai sepuluh tahun karir produktifnya di Prancis, mulai dari memperkuat klub Monaco, Bastia, St. Etienne, sampai Montpellier.

Tiga tahun pengalaman merumput di Eropa, Milla didaulat menjadi ujung tombak Kamerun pada Piala Dunia 1982 di Spanyol. Akan tetapi sesungguhnya ia tidak bermain dengan penuh percaya diri. Gagal di fase group, tim berjuluk Singa Padang Gurun itu justru tidak terkalahkan walapun hanya seri melawan Polandia, Peru, dan bahkan berhasil menahan Italia, yang akhirnya menjadi juara, 1-1.

Buntu menghadapi Peru dand Polandia yang kemudian hasil seri 1-1 yang mengesankan melawan Juara Dunia Italia. Sayang, Milla yang bermain 269 menit --hampir setiap menit di tiga laga kecuali diturunkan menjadi pemain pengganti saat melawan Peru, tidak mencetak satu pun gol.

Setelah Kamerun gagal lolos babak kualifikasi Piala Dunia 1986, Milla sempat berpikir tidak akan lagi memiliki kesempatan untuk mengecap agungnya pesta olahraga terbesar dunia itu.

Pada umur 34, banyak pemain yang berpikir untuk gantung sepatu. Tetapi, Milla tidak.

Empat tahun kemudian, penyerang gaek itu membuktikan dengan bermain selama 238 menit, tampil lima kali di PD 1990 Italia, dan menorehkan namanya dalam legenda Piala Dunia.

Gebrakan Kamerun di PD 1990 dimulai ketika mereka mengalahkan juara bertahan Argentina 1-0, dengan gol yang dicetak Francois Oman-Biyik. Milla hanya bermain sembilan menit pada pertandingan itu sebagai pengganti.

Enam hari kemudian. Hasil sementara tanpa gol dengan Rumania membuat pelatih Kamerun saat itu, Valeri Nepomnyashchi, berjudi dengan menurunkan pemain kuncinya yang berumur 38 tahun.

Pertandingan sudah berjalan 76 menit. Milla berusaha mengejar bola hasil umpan jarak jauh barisan belakang Kamerun yang kemudian dibiarkan memantul oleh bek-bek Rumania. Setelah pantulan kedua dan beradu otot dengan bek tengah Rumania, Iaone Andone, ia melesakkan bola dengan sebuah tendangan kaki kiri terukur yang tidak terjangkau tangan kiper Silviu Lung.

Lesakan Milla ini adalah satu demonstrasi mengenai kesigapan, kekuatan, dan sentuhan akhir yang memukau, yang menciptakan sebuah gol.

Sepuluh menit kemudian, Milla membawa Kamerun memimpin dengan gol keduanya yang dicetak oleh kaki kanannya --meskipun penyerang Rumania Gavril Balint menceploskan satu gol penghibur-- mengukuhkan kemenangan Kamerun sekaligus membawa mereka maju ke putaran berikutnya,

Karena sudah merasa aman, di final grup, pasukan asuhan Nepomnyashchi ini membiarkan dirinya dihancurkan 4-0 oleh Uni Soviet yang menjadi negeri asal pelatih Kamerun itu, di mana Milla yang turun menggantikan Emmanuel Kunde di menit 34 tidak mampu mengurangi defisit gol.

Masuk dalam 16 besar, Milla dan kawan-kawan harus berhadapan dengan Kolombia yang dipimpin gelandang kribo, Carlos Valderrama dan diperkuat kiper eksentrik Rene Higuita.

Tetapi sampai akhir pertandingan, para veteran unik dari Kamerunlah yang berhasil memukau dunia, bukan sepasukan karakter warna warni dari Kolumbia itu.

Setelah 54 duduk duduk di bangku cadangan, Milla akhirnya bangkit dan disambut riuh rendah para pendukung Kamerun, berdoa agar keajaiban datang dari kakinya. Dan, mereka tidak dikecewakan.

Pertandingan memang berakhir seri sampai 90 menit. Memasuki menit ke 106, di babak tambahan, pemain 38 tahun itu berlomba dengan garis pertahanan Kolumbia yang rata-rata berusia 15 tahun lebih muda, sebelum dia menaklukannya dan tendangan silang dari kaki kirinya melewati Higuita.

Segera pemain yang hampir menginjak kepala empat itu berlari ke pojok lapangan, meliuk dan mengoyang-goyangkan pinggulnya, merayakan gol penting dalam sejarah dunia, dan serta merta mencuri perhatian dunia.

Tidak sampai di situ saja. Tiga menit kemudian, Milla mencetak gol kedua memanfaatkan kesalahan fatal kiper Higuita yang akan selalu dicatat dunia.

Setelah menerima sodoran back-pass dari pemain belakangnya, bukannya langsung ditendang, Higuita malah mencoba mengecoh dan menggiring bola yang dengan mudah diantisipasi oleh Milla.

Setelah mencuri bola dari Higuita, mencetak gol, Milla kembali ke pojok lapangan yang sama, menarikan tarian bersejarah itu, yang menjadi memori penting dari PD Italia.

Mengenai gol semata wayangnya, Milla, bercerita, "Setahun sebelum Piala Dunia itu, Valderrama (teman setim Milla di klub Montpellier) menunjukkan pada saya rekaman tayangan pertandingan Kolombia, yang memperlihatkan trik-trik Higuita. Saya kemudian berkata kepada Valderrama, 'Jika Kamerun melawan Kolombia di Piala Dunia, dia tak akan mampu melakukan itu. Kami punya pemain-pemain yang cepat dan cerdas.' Ketika hasil kualifikasi grup menunjukkan kami akan bertemu mereka, saya kembali memperingatkan kawan-kawan akan trik-trik Higuita. Saya melihat kesempatan untuk mengecoh Higuita dan saya mengambilnya. Itu sebuah taktik yang bagus, rencana yang tepat."

Walaupun kemudian Bernado Redin mencetak gol untuk Kolombia, tetapi tidak bisa menghadang jalan Kamerun, negara Afrika pertama yang berhasil ke perempatfinal. Di babak berikutnya, telah menunggu Inggris dengan pelatihnya Sir Bobby Robson.

Menghadapi tenaga muda Inggris, Milla tetap berkontribusi. Setelah dilanggar Paul Gascoigne di kotak penalti pada menit limabelas babak kedua, Kamerun berhasil menyamakan kedudukan lewat eksekusi penalti Emmanuel Kunde.

Bahkan empat menit kemudian, setelah menerima umpan terobosan Milla, Eugene Ekeke berhasil mencetak gol kedua dan memimpin laga penentuan itu. Namun, dua penalti Gary Lineker mengamankan tempat Inggris di semifinal dan berakhirlah perjuangan Milla di Piala Dunia Italia.

Walaupun demikian, kinerja Milla tidak terbantahkan dan dinobatkan sebagai salah satu dari Team All Star Piala Dunia, bersama pencetak gol terbanyak Savatore Schillachi dan Tomas Skuhravy.

Hebatnya perjalanan Milla di Piala Dunia tidak berakhir di sana, empat tahun kemudian, ketika berumur 42 tahun 39 hari, dia menjadi pemain tertua yang bermain dan mencetak gol di Piala Dunia. Ia mencetak satu-satunya gol Kamerun ketika dikalahkan Rusia 6-1 di Piala Dunia 1994, Amerika Serikat (AS).

Ketika FIFA memilihnya sebagai Pesepakbola Afrika Abad ini, menyisihkan dua legenda Afrika lainnya, George Weah dan Abedi Pele, maka itu adalah penghargaan untuk karakternya, bukan karena bakatnya dan Milla membantu tanah Afrika percaya bahwa mereka termasuk dalam jajaran atas sepakbola dunia.

Pesepakbola veteran dengan tarian yang legendaris yang menggoyang Piala Dunia 1990 Italia itu, tidak terbantahkan adalah Legenda Piala Dunia Sejati.

NO Punggung 7 di Manchester United




Siapa saja pengguna No.7 terhebat yang pernah ada di MU? Ini diantaranya.
George Best menjadi nama besar di Old Trafford. Ia menjadi pilihan utama di sayap MU yang diperkuatnya 361 pertandingan selama 1963-1974. Ia mencetak 138 gol di 261 pertandingan.








Langkahnya diikuti Bryan Robson yang dikenal sebagai pekerja keras di lapangan tengah Setan Merah selama 13 musim 1981-1994.


Eric Cantona menjadi pengganti yang pas ketika pemain Prancis itu mengantar MU mendominasi Liga Primer musim 1992-1997.









Kostum ini ia teruskan pada sang pangeran David Beckham yang bermain 10 musim, 1993-2003. Beckham adalah pemain dengan umpan, tendangan, dan gol yang takkan pernah disamai pemain lain diOld Trafford.




kemudian datang pemain muda berbakat yang bernama Crishtiano Ronaldo pada tahun 2003 - 2009 . Ronaldo sering di sebut dengan CR7 ia menjadi pemain hebat pada kala di tahun 2008 menjadi juara b aloon d'or dan pemain terbaik dunia.




Setelah kepergian Ronaldo ke Madrid dengan harga yang sangat fantastis ! MU membeli Michael Owen dengan gratis dan di beri nomor keramat MU yaitu nomor 7 owen masuk ke MU pada musim panas 2009/2010, sampai saat ini owen belum tampil baik pada musim ini . Kemudian pada akhir Kontraknya Owen tidak diperpanjang sehingga Owen harus meninggalkan MU.



http://sphotos.xx.fbcdn.net/hphotos-ash3/c158.0.403.403/p403x403/561136_372846292782000_1765205565_n.jpgSetelah Owen pergi no7 di MU sekarang kosong , dan pembelian ternaru Sir Alex adalah Shinji Kagawa yang di sebut-sebut dan di elu-elukan akan menggunakan kostus dengan nomor keramar di MU , Namun Kagawa menolak dengan alasan karena ingin membuat sejarah baru dengan nomor punggungnya sendiri Kagawa pun memilih menggunakan no 26 yang dipakai nya saat membela Cerezo Osaka . Dan akhirnya Atonio Valencia lah yang menggunakan kostum no7 , karena dinilai paling cocok .Dan apakah Valencia dapat membuktikannya ? kita tunggu saja musim ini







Linkss