Sunday 23 September 2012

Tugu Jogja, Landmark Kota Jogja yang Paling Terkenal

Tugu Jogja merupakan landmark Kota Yogyakarta yang paling terkenal. Monumen ini berada tepat di tengah perempatan Jalan Pangeran Mangkubumi, Jalan Jendral Soedirman, Jalan A.M Sangaji dan Jalan Diponegoro. Tugu Jogja yang berusia hampir 3 abad memiliki makna yang dalam sekaligus menyimpan beberapa rekaman sejarah kota Yogyakarta.

Tugu Jogja kira-kira didirikan setahun setelah Kraton Yogyakarta berdiri. Pada saat awal berdirinya, bangunan ini secara tegas menggambarkan Manunggaling Kawula Gusti, semangat persatuan rakyat dan penguasa untuk melawan penjajahan. Semangat persatuan atau yang disebut golong gilig itu tergambar jelas pada bangunan tugu, tiangnya berbentuk gilig (silinder) dan puncaknya berbentuk golong (bulat), sehingga disebut Tugu Golong-Gilig.

Secara rinci, bangunan Tugu Jogja saat awal dibangun berbentuk tiang silinder yang mengerucut ke atas. Bagian dasarnya berupa pagar yang melingkar sementara bagian puncaknya berbentuk bulat. Ketinggian bangunan tugu pada awalnya mencapai 25 meter.
Semuanya berubah pada tanggal 10 Juni 1867. Gempa yang mengguncang Yogyakarta saat itu membuat bangunan tugu runtuh. Bisa dikatakan, saat tugu runtuh ini merupakan keadaan transisi, sebelum makna persatuan benar-benar tak tercermin pada bangunan tugu.

Keadaan benar-benar berubah pada tahun 1889, saat pemerintah Belanda merenovasi bangunan tugu. Tugu dibuat dengan bentuk persegi dengan tiap sisi dihiasi semacam prasasti yang menunjukkan siapa saja yang terlibat dalam renovasi itu. Bagian puncak tugu tak lagi bulat, tetapi berbentuk kerucut yang runcing. Ketinggian bangunan juga menjadi lebih rendah, hanya setinggi 15 meter atau 10 meter lebih rendah dari bangunan semula. Sejak saat itu, tugu ini disebut juga sebagai De Witt Paal atau Tugu Pal Putih.
Perombakan bangunan itu sebenarnya merupakan taktik Belanda untuk mengikis persatuan antara rakyat dan raja. Namun, melihat perjuangan rakyat dan raja di Yogyakarta yang berlangsung sesudahnya, bisa diketahui bahwa upaya itu tidak berhasil.

Bila anda ingin memandang Tugu Jogja sepuasnya sambil mengenang makna filosofisnya, tersedia bangku yang menghadap ke tugu di pojok Jl. Pangeran Mangkubumi. Pukul 05.00 - 06.00 pagi hari merupakan saat yang tepat, saat udara masih segar dan belum banyak kendaraan bermotor yang lalu lalang. Sesekali mungkin anda akan disapa dengan senyum ramah loper koran yang hendak menuju kantor sirkulasi harian Kedaulatan Rakyat.

Sore hingga tengah malam, ada penjual gudeg (masakan khas Yogyakarta) di pojok Jl. Diponegoro. Gudeg di sini terkenal enak dan harganya wajar. Anda bisa makan secara lesehan sambil menikmati pemandangan ke arah Tugu Jogja yang sedang bermandikan cahaya.
Begitu identiknya Tugu Jogja dengan Kota Yogyakarta, membuat banyak mahasiswa perantau mengungkapkan rasa senangnya setelah dinyatakan lulus kuliah dengan memeluk atau mencium Tugu Jogja. Mungkin hal itu juga sebagai ungkapan sayang kepada Kota Yogyakarta yang akan segera ditinggalkannya, sekaligus ikrar bahwa suatu saat nanti ia pasti akan mengunjungi kota tercinta ini lagi.

sumber

Archaebacteria

1. Archaebacteria

Archaebacteria dianggap sebagai bentuk-bentuk kehidupan kuno yang berevolusi secara terpisah dari bakteri dan ganggang biru-hijau. Archaebacteria dibagi dalam tiga golongan yaitu metanogen, halofilik, dan termofilik.

b. Bakteri Metanogen
Methanogen adalah mikroorganisme yang menghasilkan metana sebagai produk sampingan metabolik dalam kondisi anoxic. Mereka digolongkan sebagai archaea, kelompok cukup berbeda dari bakteri. Mereka yang umum di lahan basah, di mana mereka bertanggung jawab untuk gas rawa, dan keberanian dari binatang seperti ruminansia dan manusia, di mana mereka bertanggung jawab atas isi metana dari bersendawa di ruminansia dan perut kembung pada manusia. [1] Pada sedimen laut biomethanation umumnya terbatas pada mana sulfat habis, di bawah lapisan atas. [2] Lain extremophiles, ditemukan di lingkungan seperti ventilasi hidrotermal air panas dan kapal selam serta dalam rock “solid” dari kerak bumi, kilometer di bawah permukaan .
Simak
Baca secara fonetik
Secara lebih rinci karakteristik bakteri metanogen disajikan pada tabel II.1 di bawah ini :
Tabel II.2 Karakteristik bakteri metanogen
Karakteristik Metanogen
Bentuk sel Batang, kokus, spirilla, filament, sarcina
sifat Gram + / Gram -
klasifikasi Archaebacteria
Struktur dinding sel Pseudomurein, protein, heteropolysaccharida
Metabolisme anaerob
Sumber energi dan sumber karbon H2 + CO2, H2+ metanol, format, metilamin, metanol(30 % diubah menjadi CH4), asetat (80 % diubah menjadi CH4)
Produk katabolisme CH4 atau CH4 + CO2
Methanopyrus adalah genus methanogen , dijelaskan dengan spesies tunggal, M. Kandleri, kandleri. Ini adalah hyperthermophile , ditemukan di dinding sebuah perokok hitam dari Teluk California pada kedalaman 2000 m, pada temperatur 84-110 ° C. Strain 116 perokok ditemukan dalam cairan hitam dari lapangan hidrotermal Kairei, dapat bertahan dan bereproduksi pada 122 ° C. [2] Ia tinggal di sebuah hidrogenkarbon dioksida lingkungan yang kaya, dan seperti metanogen lain mengurangi bekas metana.  Organisme ini tumbuh 8-10 o C di-CO 2 atmosfer 2 H kandleri Methanopyrus. telah ditemukan di dasar mendalam “m hitam perokok 2.000″ cerobong asap di dasar laut di Teluk California.

b. Halofil Ekstrem
Sesuai dengan namanya, golongan Halofil Ekstrem ini merupakan mikroorganisme yang tahan hidup di daerah ektrim seperti perairan dengan kadar garam tinggi (halofil), contohnya Halobacterium.

Dalam taksonomi , yang Halobacteria (juga Halomebacteria) adalah kelas dari Euryarchaeota , [1] ditemukan dalam air jenuh atau hampir jenuh dengan garam Mereka juga disebut halophiles , meskipun nama ini juga digunakan untuk organisme lain yang hidup di air asin terkonsentrasi kurang sedikit. Mereka yang paling umum di lingkungan di mana sejumlah besar garam, kelembaban, dan bahan organik yang tersedia.

c. Termofil Ekstrem
Termofil hidup didaerah bersuhu tinggi dan bersifat asam, misalnya di sumber air panas serta daerah dengan temperatur tinggi seperti hydrothermal vent (extreme thermofil). Kondisi optimum untuk hidupnya adalah pada suhu 60-80 derajat celsius. Sebagian besar termoasidofil merupakan organisme autotrof dan metabolismenya bergantung pada sulfur. Contoh archaebacteria ini adalah sulfolobus.

Sulfolobus spesies tumbuh di mata air gunung berapi dengan pertumbuhan optimal terjadi pada pH 2-3 dan suhu dari 75-80 ° C, membuat mereka acidophiles dan thermophiles dan masing-masing. Sulfolobus sel-sel berbentuk tidak teratur flagellar .
Spesies Sulfolobus umumnya dinamai lokasi dari yang mereka pertama kali diisolasi, misalnya solfataricus Sulfolobus pertama kali diisolasi di Solfatara (gunung berapi) . spesies lainnya dapat ditemukan di seluruh dunia dalam bidang panas bumi atau aktivitas gunung berapi seperti formasi geologi disebut mud pot yang juga dikenal sebagai solfatare (jamak dari solfatara).
Peran Archaebacteria
a. Enzim Archaebacteria ditambahkan ke dalam sabun cuci atau deterjen untuk meningkatkan kemampuan sabun cuci dan deterjen pada suhu dan pH tinggi.
b. Beberapa enzim Archaebacteria juga digunakan dalam industri makanan untuk mengubah pati jagung menjadi dekstrin (sejenis karbohidrat).
c. Beberapa jenis Archaebacteria digunakan untuk mengatasi pencemaran, misalnya tumpahan minyak

Sejarah Pertandingan Manchester United vs Liverpool

http://www.bruteadidasnationals.com/wp-content/uploads/2012/08/Manchester-United-vs-Liverpool.jpg

London - Suatu saat sekitar bulan November 1959 Bill Shankly yang menjadi pelatih di Huddersfield didatangi dua petinggi dari Liverpool. Terjadi percakapan yang cuplikannya kira-kira seperti ini:

"Tidakkah Anda berminat menjadi pelatih di klub terbaik Inggris?" tanya salah satu dari kedua petinggi Liverpool itu.

"Mengapa? Apakah Matt Busby mengundurkan diri?’" Shankly balas bertanya.

Kita tahu apa yang ada di benak Shankly, karena Matt Busby sedang berproses menjadi pelatih legendaris Manchester United dan klub itu sedang merajai dunia persepakbolaan Inggris. Sedangkan Liverpool saat itu sudah cukup bergembira duduk di papan tengah divisi dua versi lama Liga Inggris.

Ini sekadar ilustrasi bahwa sebenarnya persaingan paling sengit di antara kedua tim tersebut belumlah terlalu lama. Kalau dihitung sejak Shankly memegang Liverpool tahun 1959, maka persaingan sengit MU dan Liverpool baru berlangsung 50 tahun. Jauh lebih muda dari persaingan sengit antara Liverpool dan Everton yang sudah ada sejak 50 tahun sebelumnya, atau Manchester United dan Manchester City, atau Arsenal dan Tottenham sejak tahun 1930-an, serta Chelsea dan Fulham ataupun Burnley dan Blackburn.

Shankly mengagumi pemain-pemain MU maupun klub itu, tetapi pada saat bersamaan mempunyai tekad membara untuk menggoyang hirarki persepakbolaan Inggris. Membawa Liverpool kembali ke puncak persepakbolaan Inggris. Dialah yang sesungguhnya memantik persaingan sengit antara kedua klub raksasa Inggris ini.

Shankly yang prestasinya biasa-biasa saja sebelum memegang Liverpool, hanya dalam waktu lima tahun membawa Liverpool dari klub papan tengah divisi dua menjadi juara divisi satu menyingkirkan MU maupun -- yang lebih penting lagi sebenarnya -- musuh bebuyutan satu kota sekaligus juara bertahan, Everton. Dua tahun kemudian di tahun 1966 ia mengulangi prestasi itu. Tahun 1965 ia membawa Liverpool menjuarai Piala FA untuk pertama kalinya.

Shankly tidak lagi membawa Liverpool menjadi juara divisi satu hingga tahun 1973. Namun dalam proses kebangkitan Liverpool ia menanamkan rasa percaya diri yang luar biasa bahwa Liverpool tidak kalah besar dengan klub lain. Bahwa bermain untuk Liverpool adalah sebuah kehormatan. Dan andaipun Liverpool tidak menjadi juara, sangat penting untuk mengalahkan mereka yang dianggap terbesar dan tersukses, bagaimanapun caranya, bermain habis-habisan seolah mati hidup tergantung pada pertandingan itu.

Shankly dengan sengaja menjadikan MU sebagai sasaran. Apalagi ketika mereka di tahun 1968 menjadi klub Inggris pertama yang memenangi Piala Champions. Boleh saja MU waktu itu menganggap dirinya klub tersukses, tetapi bertemu Liverpool mereka tahu reputasi itu tak ada artinya. Pertandingan akan berlangsung seperti pertempuran habis-habisan.

Adalah "kehendak" sejarah bahwa di tahun 1970-an MU dan Liverpool bertukar posisi. Ketika revolusi yang diawali oleh Shankly diteruskan Bob Paisley dan kemudian Joe Fagan – dua asisten pelatih Shankly -- membuat Liverpool bukan saja raja Inggris tetapi juga Eropa, nasib MU terpuruk-puruk bahkan sempat terdegradasi ke divisi dua di tahun 1975. Namun perseteruan antara kedua klub sudah terlanjur mapan dan tidak mengendor untuk tidak dikatakan malah makin sengit. Liverpool ganti menjadi klub paling sukses di Inggris tetapi mereka tahu melawan MU adalah persoalan berbeda. MU akan menjadi “Setan Merah” yang sesungguhnya dan Liverpool harus bersiaga tanpa henti.

Sejak pertengahan tahun 60-an itulah pertarungan MU melawan Liverpool menjadi salah satu pertandingan paling sengit dan paling ditunggu publik Inggris, seolah lepas dari konteks keseluruhan kompetisi liga. Kedua klub seperti bertekad, kalaulah tidak menjadi juara maka yang lebih utama bagi MU adalah mengalahkan Liverpool, begitupun sebaliknya.

Kedua klub saling mengukur pencapaian prestasi mereka dari apa yang sudah diraih oleh keduanya. Ingatkah Anda ketika Alex Ferguson untuk pertama kalinya datang ke MU lebih 20 tahun silam? Ketika ditanya wartawan salah satu target utamanya menjadi pelatih di Old Trafford, Ferguson tanpa sungkan menjawab: "Menendang Liverpool dari puncak hirarki sepakbola Inggris."

Seperti Shankly di Liverpool, Ferguson melakukan revolusi di MU. Bedanya, Ferguson bukan sekadar memulai revolusi tetapi juga menjaga revolusi itu untuk tidak padam. Ia masih saja menjadi pelatih hingga kini. Ia memegang janjinya untuk menendang Liverpool dari puncak hirarki sepakbola Inggris. Entah untuk berapa lama lagi ....


Cara Memasang Widget Alexa Traffic Rank, Traffic Graph, Atau Site Stats Button Di Blog Seluler

Bisa jadi kita sudah tidak asing lagi dengan Alexa Widgets yang umumnya dapat dijumpai terpasang pada halaman depan sebuah situs atau blog, yang salah satu manfaatnya adalah agar kita atau pengunjung dapat dengan mudah mengetahui tingkat popularitas sebuah situs atau blog yang sedang dikunjungi. Termasuk diantaranya untuk mengetahui traffic kunjungan dan juga jumlah tautan yang terhubung dengan situs yang dimaksud. Namun bila umumnya widget tersebut dipasang di halaman situs versi web atau halaman yang dikhususkan untuk dibuka dengan menggunakan komputer, maka untuk pemasangan Alexa Widget dalam pembahasan artikel ini bisa jadi belum lazim digunakan oleh pengelola blog, karena pemasangan widget dilakukan untuk halaman blog versi seluler yang dikhususkan untuk dibuka dengan memakai perangkat mobile atau telepon seluler.

Seperti halnya dengan pemasangan Alexa Widget di halaman situs atau blog versi web, tujuan dari pemasangan widget tersebut di halaman blog versi seluler secara prinsip adalah sama, yaitu untuk mempermudah kita atau pengunjung mengetahui tingkat popularitas situs berdasarkan perhitungan dan analisa yang dilakukan oleh Alexa. Namun demikian dari segi pemasangannya sangatlah berbeda. Bila pemasangan untuk halaman blog versi web dapat dilakukan langsung dengan menggunakan gadget ‘HTML/Java Script’ yang telah disediakan oleh Blogger, maka untuk memasangnya di halaman blog versi seluler hanya dapat dilakukan dengan cara memasang script untuk widget tersebut ke dalam template blog yang dipakai.

Akan tetapi bila Anda belum memahami tata cara pemasangan widget untuk halaman blog versi seluler, maka Anda tidak usah khawatir karena dapat membuka artikel yang berjudul “Cara Memasang Gadget Pada Template Blogspot Versi Seluler” untuk mempelajarinya agar dapat memahami tata cara pemasangan widget pada template untuk halaman blog versi seluler.

Sementara itu untuk pemasangan Alexa Widgets sendiri adalah serupa dengan cara memasang kotak penggemar (like box) pada blog seluler. Dimana nantinya widget ini akan kita letakkan di bawah bidang posting, dengan tujuan agar tampilan widget tidak mengganggu ‘pemandangan’ pengunjung yang membuka blog yang kita kelola, karena tujuan utama pengunjung membuka halaman blog kita tentunya adalah untuk melihat dan membaca konten artikel yang ada. Dan selanjutnya bila Anda ingin memasang Alexa Widget di halaman blog untuk tampilan mobile, maka Anda dapat mengerjakan langkah-langkah di bawah ini.
  1. Buka http://www.alexa.com/siteowners/widgets untuk mendapatkan kode widget sesuai dengan jenis widget yang akan Anda pasang. Misalnya Alexa Site Stats Button, Alexa Traffic Rank Button, ataukah Alexa Traffic Graph.
  2. Bila Anda sudah mendapatkan kode untuk widget yang akan dipasang, maka login ke akun Blogger Anda.
  3. Pada ‘Dasbor Blogger’ klik nama blog Anda dan kemudian klik menu ‘Template’.
  4. Klik tombol ‘Edit HTML’ kemudian klik tombol ‘Lanjutkan’.
  5. Centang pilihan ‘Expand Template Widget’.
  6. Cari kode , dan kemudian sisipkan tepat di atas kode
yang terletak diantara kode dan seperti pada contoh di bawah ini.
<b:includable id='mobile-main' var='top'>
    
    <div class='blog-posts hfeed'>

      <b:include data='top' name='status-message'/>

      <b:if cond='data:blog.pageType == "index"'>
        <b:loop values='data:posts' var='post'>
          <b:include data='post' name='mobile-index-post'/>
        </b:loop>
      <b:else/>
        <b:loop values='data:posts' var='post'>
          <b:include data='post' name='mobile-post'/>
        </b:loop>
      </b:if>

      <a href="http://www.alexa.com/siteinfo/www.eltelu.blogspot.com"><script type='text/javascript' language='javascript' src='http://xslt.alexa.com/site_stats/js/s/a?url=www.eltelu.blogspot.com'></script></a>

    </div>

   <b:include name='mobile-nextprev'/>
</b:includable>
  • Simpan template Anda.

  • Namun demikian bila Anda ingin ‘mempercantik’ tampilan widget, maka Anda dapat menambahkan bingkai diantara kode Alexa Widgets tersebut. Sebagai contoh perhatikan rangkaian kode di bawah ini.
    <b:includable id='mobile-main' var='top'>
        
        <div class='blog-posts hfeed'>
    
          <b:include data='top' name='status-message'/>
    
          <b:if cond='data:blog.pageType == "index"'>
            <b:loop values='data:posts' var='post'>
              <b:include data='post' name='mobile-index-post'/>
            </b:loop>
          <b:else/>
            <b:loop values='data:posts' var='post'>
              <b:include data='post' name='mobile-post'/>
            </b:loop>
          </b:if>
    
          <div style="-moz-border-radius: 7px 7px 7px 7px; background-color: inherit; border: 1px solid rgb(33, 33, 33); height: auto; margin: 0px; overflow: auto; padding: 0px; text-align: center; width: auto;" >
    
             <a href="http://www.alexa.com/siteinfo/www.eltelu.blogspot.com"><script type='text/javascript' language='javascript' src='http://xslt.alexa.com/site_stats/js/s/a?url=www.eltelu.blogspot.com'></script></a>
    
          </div>
    
        </div>
    
       <b:include name='mobile-nextprev'/>
    </b:includable>


    Sehingga hasilnya bila halaman blog dibuka dengan memakai perangkat seluler, maka sebagai contohnya adalah seperti yang tampak pada gambar di bawah ini.
    Tampilan Alexa Widget Pada Blog Seluler
    Screenshot: eltelu.blogspot.com
    Sebagai catatan, bila warna garis dan latar untuk bingkai belum sesuai dengan keinginan Anda, maka warna garis dapat disesuaikan dengan mengganti kode rgb(33, 33, 33); dan warna latar dapat diubah dengan cara mengganti inherit; dengan kode kode warna yang tepat.

    Wednesday 19 September 2012

    Apa itu Hak Kekayaan Intelektual?


    Hak Kekayaan Intelektual (HKI) merupakan terjemahan Intellectual Property Right (IPR).
    Ada yang menyatakan bahwa Hak Kekayaan Intelektual merupakan suatu perlindungan hukum  yang diberikan oleh suatu Negara kepada seseorang dan atau sekelompok  orang ataupun badan  yang  ide  dan  gagasannya  telah  dituangkan  ke  dalam  bentuk  suatu karya  cipta yang berwujud.
    Namun ada juga yang menyatakana bahwa Hak Kekayaan Intelektual ialah hak yang berasal dari hasil kegiatan kreatif suatu kemampuan daya pikir manusia yang diekspresikan kepada khalayak umum dalam berbagai bentuknya, yang memiliki manfaat serta berguna dalam menunjang kehidupan manusia, juga mempunyai nilai ekonomis.
    Beberapa istilah yang sering digunakan dalam berbagai literatur mengenai Hak Kekayaan Intelektual ini diantaranya:
    • Hak Kekayaan Intelektual (HKI)
    • Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI)
    • Intellectual Property Right (IPR)
    • Hak Milik Intelektual
    Hak Kekayaan Intelektual juga merupakan suatu hak kekayaan yang berada dalam ruang lingkup kehidupan teknologi, ilmu pengetahuan, seni  dan sastra.  Pemilikannya  bukan terhadap   barangnya   melainkan   terhadap   hasil  kemampuan   intelektual  manusianya   yang berwujud.  Jadi HKI melindungi  pemakaian  ide, gagasan dan informasi  yang mempunyai nilai komersial atau nilai ekonomi.
    Ruang lingkup Hak Kekayaan Intelektual, diantaranya:
    • Hak Cipta (Copyright);hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
    • Hak Atas Kekayaan Industri;yang diantaranya meliputi Hak Paten (Patent), Hak Merk Dagang (Trade Mark), Hak Rahasia Dagang (Trade Secrets), Hak Desain Industri (Industrial design), dan lain-lain.
    Sifat-sifat Hak Kekayaan Intelektual diantaranya:
    • Mempunyai jangka waktu yang terbatas;Apabila telah habis masa  perlindungan ciptaan atau penemuan tersebut akan menjadi milik umum, tetapi ada pula yang setelah habis masa perlindungannya dapat diperpanjang lagi, misalnya hak merek.
    • Eksklusif dan Mutlak; Hak tersebut dapat dipertahankan terhadap siapapun. Pemilik hak dapat menuntut terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh siapapun. Pemilik atau pemegang HKI mempunyai suatu hak monopoli, yaitu pemilik atau pemegang hak dapat mempergunakan haknya dengan melarang siapapun tanpa persetujuannya  untuk membuat ciptaan atau temuan ataupun menggunakannya.

    Hak atas Kekayaan Intelektual


    BAB I
    PENDAHULUAN



    1.1  Latar Belakang

    Era globalisasi sekarang ini dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin pesat, kebutuhan masyarakat juga semakin bertambah dan seakan tidak ada habisnya. Kini teknologi merupakan suatu sarana yang merambah hampir ke seluruh sektor kehidupan. Mulai dari dunia pendidikan, hiburan, perdagangan, dari kalangan bawah hingga kalangan atas. Hak cipta merupakan hak khusus bagi pencipta atau pemegangnya untuk memperbanyak atau menggandakan hasil karya ciptaannya yang tumbuh bersamaan dengan lahirnya suatu ciptaan. Pencipta berhak pula atas manfaat ekonomi yang lahir dari ciptaannya tersebut, baik dibidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra. Berbagai kemudahan yang telah ditawarkan oleh kemajuan dibidang teknologi ini, namun tidak selamanya membawa dampak positif.
    Animo masyarakat terhadap teknologi mendorong para pelaku dunia usaha untuk dapat mencari keuntungan dengan memanfaatkan tingkat daya beli masyarakat, pengetahuan akan aturan yang ada, dan hasrat untuk memenuhi kebutuhan akan hiburan. Dari sinilah kemudian muncul berbagai pelanggaran Hak Cipta. Bentuk dan jenis pelanggaran Hak Cipta pada dasarnya sangat beragam, hal ini disebabkan oleh objek-objek ciptaan yang sangat banyak. Namun yang sering kali terjadi adalah pembajakan buku-buku, karya tulis yang diterbitkan atau karya tulis lainnya, produk media optikal, lagu atau musik, sinematografi, piranti lunak (software) dan lain sebagainya.
     Berbagai praktek pelanggaran hak milik intelektual ini sudah berlangsung sejak lama dan hingga kinipun masih saja terjadi bahkan dengan intensitas yang lebih tinggi. Berbagai pelanggaran hukum atas Hak Cipta tersebut yang telah berlangsung lama di Indonesia dilakukan dengan menggunakan alat bantu teknologi, seperti teknologi digitalisasi. Penggandaan software, CD, DVD, VCD, dan program computer yang dilakukan secara illegal merupakan dampak negative dari penggunaan teknologi digitalisasi di era masyarakat informasi ini.
    Keberadaan Hak Kekayaan Intelektual dalam hubungan antar manusia dan antar negara termasuk Indonesia merupakan sesuatu yang tidak dapat dipungkiri. Fakta ini merupakan konsekuensi dari keikutsertaan pemerintah Indonesia sebagai negara peserta perjanjian pembenrtukan WTO beserta perjanjian-perjanjian lain yang terkait dengan WTO, terutama yang terkait dengan perjanjian/konvensi-konvensi internasional di bidang Hak Kekayaan Intelektual (HAKI). Demikian pula pada hukum yang mengatur tentang hak kekayaan intelektual, seperti hak cipta, merk, paten, desain industri, dan hak-hak lain yang tercakup di dalam Hak Kekayaan Intelektual (HAKI). Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas, maka kami mengajukan tema makalah mengenai ”Hak Kekayaan Intelektual”.


    1.2   Perumusan Masalah

           Penulisan dalam makalah ini akan membahas hal – hal yang berhubungan dengan Hak Kekayaan Intelektual seperti:
    − Definisi benda beserta jenis-jenisnya
    − Definisi Hak Kekayaan Intelektual secara umum maupun khusus
    − Dasar hukum Hak Kekayaan Intelektual
    − Jenis-jenis Hak Kekayaan Intelektual
    − Kasus Hak Kekayaan Intelektual
    − Dampak pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual
    − Solusi pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual





    BAB II
    PEMBAHASAN



    2.1       Definisi Benda Beserta Jenisnya
               
    Teori Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) sangat dipengaruhi oleh pemikiran John Locke tentang hak milik. Dalam bukunya, Locke mengatakan bahwa hak milik dari seorang manusia terhadap benda yang dihasilkannya itu sudah ada sejak manusia lahir. Benda dalam pengertian disini tidak hanya benda yang berwujud tetapi juga benda yang abstrak, yang disebut dengan hak milik atas benda yang tidak berwujud yang merupakan hasil dari intelektualitas manusia. Dalam undang/hukum Perdata jerman (1900) digunakan istilah  sache untuk menyebutkan barang atau benda berwujud. Sedangkan Undang-Undang Perdata Austria (1811) kata sache digunakan dalam arti yang sangat luas yaitu segala sesuatu yang bukan Personal dan dipergunakan oleh manusia. Kaitannya dengan pendapat tersebut  Prof Mahadi mengemukakan pandangannya bahwa buah pikiran, hasil otak manusia dapat pula menjadi objek hak absolut. Buah pikiran yang menjadi objek hak absolut dan juga hak atas buah pikiran dinamakan benda immaterial.
     Benda adalah tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak yang dapat dikuasai oleh hak milik. Pengertian benda tersebut dikemukakan pada pasal 499 KUH Perdata. Prof. Mahadi menawarkan rumusan lain dari pasal ini dapat diturunkan kalimat sebagai berikut: “yang dapat menjadi obyek hak milik adalah benda dan benda itu terdiri dari barang dan hak”. Selanjutnya sebagaimana diterangkan oleh Prof. Mahadi barang yang dimaksudkan olehpasal 499 KUH Perdata tersebut adalah benda materil, sedangkan hak adalah benda immateril.  Benda immateril atau benda tidak berwujud yang berupa hak itu dapatlah dicontohkan seperti hak tagih, hak atas bunga uang, hak sewa, hak guna bengunan, hak guna usaha, hak atas benda berupa jaminan, hak atas kekayaan intektual., dan lain sebagainya. Selanjutnya dikatakan pula bahwa hak benda adalah hak absolut atas sesuatu benda berwujud, tetapi ada hak absolut yang objeknya bukan benda berwujud, itulah yang disebut dengan hak atas kekayaan intelektual.



    2.1   Definisi Hak Kekayaan Intelektual (HAKI)

    Hak Kekayaan Intelektual atau yang biasa disingkat HAKI atau HKI merupakan hak yang berasal dari hasil kegiatan kreatif suatu kemampuan daya pikir manusia yang diekspresikan kepada khalayak umum dalam berbagai bentuknya, yang memiliki manfaat serta berguna dalam menunjang kehidupan manusia, juga mempunyai nilai ekonomis. Secara khusus Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) atau Hak Milik Intelektual (HMI) atau harta intelek (di Malaysia) ini merupakan padanan dari bahasa Inggris Intellectual Property Right yang berasal dari kata "intelektual" tercermin bahwa obyek kekayaan intelektual tersebut adalah kecerdasan, daya pikir, atau produk pemikiran manusia Sedangkan secara umum pengertian HAKI yaitu hak atas kekayaan yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia dibidang ilmu pengetahuan, seni, sastra ataupun teknologi, yang dilahirkan atau diciptakan dengan pengorbanan tenaga, waktu, pikiran dan juga seringkali dengan biaya yang besar. Oleh karena itu karya yang dihasilkan menjadi memiliki nilai dengan manfaat ekonomi yang tinggi, sehingga bagi dunia usaha karya-karya itu bisa menjadi aset perusahaan/industri.
    Hak cipta diberikan kepada pencipta atas karya ciptanya, orang/kelompok/badan hukum yang menerima hak tersebut dari pemegangnya, atau orang/kelompok/badan hukum yang menerima hak cipta dari orang/kelompok/badan hukum yang diserahi hak cipta oleh pemegangnya. Hak kepemilikan didapatkan secara otomatis begitu seseorang menghasilkan karya cipta. Tidak ada keharusan untuk mendaftarkannya pada suatu badan pengelola HAKI. Akan tetapi hak cipta yang terdaftar akan sangat berguna untuk proses penyelesaian jika terjadi pelanggaran terhadap hak cipta tersebut. Hak cipta bukan melindungi suatu ide atau konsep, tetapi melindungi bagaimana ide atau konsep itu diekspresikan dan dikerjakan. Tidak diperlukan pengujian, tetapi karya harus original, dibuat sendiri, bukan copy dari sumber lain, dan penciptanya harus berkonstribusi tenaga dan keahlian. Hak atas kekayaan intelektual merupakan suatu hak khusus  berdasarkan undang-undang diberikan kepada si penemu atas ide pikirannya atau menurut hukum pihak yang berhak memperolehnya, atas permintaan yang diajukannya kepada pihak penguasa, bagi temuan baru, perbaikan atas temuan yang sudah ada, cara kerja baru, atau menemukan suatu perbaikan baru dalam cara kerja, untuk selama jangka waktu tertentu yang dapat diterapkan dalam bidang industri.
    Unsur industri mendapat tempat yang penting disini, haruslah dapat diterapkan dalam bidang indsutri, apakah industri otomotif ,industri tekstil atau industri pariwisata. Pada dasarnya teknologi lahir dari karsa intelektual, sebagai karya intelektual manusia. Karena kelahirannya telah melibatkan tenaga, biaya, dan waktu, maka teknologi memiliki nilai atau sesuatu yang bernilai  ekonomi, yang dapat menjadi objek harta kekayaan (property). Dalam ilmu hukum yang secara luas dianut oleh bangsa-bangsa lain, hak atas daya ikr intelektual tersebut diakui sebagai hak milik yang sifatnya tidak berwujud. Hak seperti inilah yang dikenal sebagai hak atas kekayaan intelektual. Sifat pengaturan hak atas kekayaan intelektual ini bermaksud untuk melindungi seseorang yang menemukan sesuatu hal agar buah pikiran da pekerjaanya tidak dipergunakan begitu saja oleh orang lain.

    2.2    Sejarah Perkembangan HAKI Di Indonesia

    Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) merupakan terjemahan dari Intellectual Property Rights (IPR). Organisasi Internasional yang mewadahi bidang HAKI yaitu WIPO (World Intellectual Property Organization).
    Istilah yang sering digunakan dalam berbagai literatur untuk Hak Kekayaan Intelektual:
    1 Hak Kekayaan Intelektual (HAKI)
    2 Intellectual Property Rights (IPR)
    3 Hak Milik Intelektual

    Secara historis, peraturan perundang-undangan dibidang HAKI di Indonesia telah ada sejak tahun 1840. Pemerintah kolonial Belanda memperkenalkan undang-undang pertama mengenai perlindungan HAKI pada tahun 1844. Selanjutnya, Pemerintah Belanda mengundangkan UU Merek tahun 1885, Undang-undang Paten tahun 1910, dan UU Hak Cipta tahun 1912. Indonesia yang pada waktu itu masih bernama Netherlands East-Indies telah menjadi angota Paris Convention for the Protection of Industrial Property sejak tahun 1888, anggota Madrid Convention dari tahun 1893 sampai dengan 1936, dan anggota Berne Convention for the Protection of Literaty and Artistic Works sejak tahun 1914. Pada zaman pendudukan Jepang yaitu tahun 1942 sampai dengan 1945, semua peraturan perundang-undangan di bidang HKI tersebut tetap berlaku.
     Pada tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya. Sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan peralihan UUD 1945, seluruh peraturan perundang-undangan peninggalan Kolonial Belanda tetap berlaku selama tidak bertentangan dengan UUD 1945. UU Hak Cipta dan UU Merek tetap berlaku, namun tidak demikian halnya dengan UU Paten yang dianggap bertentangan dengan pemerintah Indonesia. Sebagaimana ditetapkan dalam UU Paten peninggalan Belanda, permohonan Paten dapat diajukan di Kantor Paten yang berada di Batavia (sekarang Jakarta), namun pemeriksaan atas permohonan Paten tersebut harus dilakukan di Octrooiraad yang berada di Belanda. Tahapan perkembangan HAKI di Indonesia yaitu sebagai berikut:

    1. Pada tahun 1953 Menteri Kehakiman RI mengeluarkan pengumuman yang merupakan perangkat peraturan nasional pertama yang mengatur tentang Paten, yaitu Pengumuman Menteri Kehakiman no. J.S 5/41/4, yang mengatur tentang pengajuan sementara permintaan Paten dalam negeri, dan Pengumuman Menteri Kehakiman No. J.G 1/2/17 yang mengatur tentang pengajuan sementara permintaan paten luar negeri.
    2. Pada tanggal 11 Oktober 1961 Pemerintah RI mengundangkan UU No.21 tahun 1961 tentang Merek Perusahaan dan Merek Perniagaan untuk mengganti UU Merek Kolonial Belanda. UU No 21 Tahun 1961 mulai berlaku tanggal 11 November 1961. Penetapan UU Merek ini untuk melindungi masyarakat dari barang-barang tiruan/bajakan.
    3. 10 Mei 1979 Indonesia meratifikasi Konvensi Paris Paris Convention for the Protection of Industrial Property (Stockholm Revision 1967) berdasarkan keputusan Presiden No. 24 tahun 1979. Partisipasi Indonesia dalam Konvensi Paris saat itu belum penuh karena Indonesia membuat pengecualian (reservasi) terhadap sejumlah ketentuan, yaitu Pasal 1 sampai dengan 12 dan Pasal 28 ayat 1.
    4. Pada tanggal 12 April 1982 Pemerintah mengesahkan UU No.6 tahun 1982 tentang Hak Cipta untuk menggantikan UU Hak Cipta peninggalan Belanda. Pengesahan UU Hak Cipta tahun 1982 dimaksudkan untuk mendorong dan melindungi penciptaan, penyebarluasan hasil kebudayaan di bidang karya ilmu, seni, dan sastra serta mempercepat pertumbuhan kecerdasan kehidupan bangsa.
    5. Tahun 1986 dapat disebut sebagai awal era moderen sistem HAKI di tanah air. Pada tanggal 23 Juli 1986 Presiden RI membentuk sebuah tim khusus di bidang HAKI melalui keputusan No.34/1986 (Tim ini dikenal dengan tim Keppres 34) Tugas utama Tim Keppres adalah mencakup penyusunan kebijakan nasional di bidang HAKI, perancangan peraturan perundang-undangan di bidang HAKI dan sosialisasi sistem HAKI di kalangan intansi pemerintah terkait, aparat penegak hukum dan masyarakat luas.
    6. 19 September 1987 Pemerintah RI mengesahkan UU No.7 Tahun 1987 sebagai perubahan atas UU No. 12 Tahun 1982 tentang Hak Cipta.
    7. Tahun 1988 berdasarkan Keputusan Presiden RI No.32 ditetapkan pembentukan Direktorat Jenderal Hak Cipta, Paten dan Merek (DJHCPM) untuk mengambil alih fungsi dan tugas Direktorat paten dan Hak Cipta yang merupakan salah satu unit eselon II di lingkungan Direktorat Jenderal Hukum dan Perundang-Undangan, Departemen Kehakiman.
    8. Pada tanggal 13 Oktober 1989 Dewan Perwakilan Rakyat menyetujui RUU tentang Paten yang selanjutnya disahkan menjadi UU No. 6 Tahun 1989 oleh Presiden RI pada tanggal 1 November 1989. UU Paten 1989 mulai berlaku tanggal 1 Agustus 1991.
    9. 28 Agustus 1992 Pemerintah RI mengesahkan UU No. 19 Tahun 1992 tentang Merek, yang mulai berlaku 1 April 1993. UU ini menggantikan UU Merek tahun 1961.
    10. Pada tanggal 15 April 1994 Pemerintah RI menandatangani Final Act Embodying the Result of the Uruguay Round of Multilateral Trade Negotiations, yang mencakup Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights (Persetujuan TRIPS).
    11. Tahun 1997 Pemerintah RI merevisi perangkat peraturan perundang-undangan di bidang HKI, yaitu UU Hak Cipta 1987 jo. UU No. 6 tahun 1982, UU Paten 1989 dan UU Merek 1992.
    12. Akhir tahun 2000, disahkan tiga UU baru dibidang HKI yaitu : (1) UU No. 30 tahun 2000 tentang Rahasia Dagang, UU No. 31 tahun 2000 tentang Desain Industri, dan UU No. 32 tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.
    13. Untuk menyelaraskan dengan Persetujuan TRIPS (Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights) pemerintah Indonesia mengesahkan UU No 14 Tahun 2001 tentang Paten, UU No 15 tahun 2001 tentang Merek, Kedua UU ini menggantikan UU yang lama di bidang terkait. Pada pertengahan tahun 2002, disahkan UU No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta yang menggantikan UU yang lama dan berlaku efektif satu tahun sejak di undangkannya.
    14. Pada tahun 2000 pula disahkan UU No 29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan Varietas Tanaman dan mulai berlaku efektif sejak tahun 2004.

    2.3       Dasar Hukum HAKI

    Dasar hukum mengenai HaKI di Indonesia diatur dengan undang-undang Hak Cipta no.19 tahun 2003, undang-undang Hak Cipta ini melindungi antara lain atas hak cipta program atau piranti lunak computer, buku pedoman penggunaan program atau piranti lunak computer dan buku-buku (sejenis) lainnya. Terhitung sejak 29 Juli 2003, Pemerintah Republik Indonesia mengenai Perlindungan Hak Cipta, perlindungan ini juga mencakup: a. Program atau Piranti lunak computer, buku pedoman pegunaan program atau piranti lunak computer, dan buku-buku sejenis lainnya. b. Dari warga Negara atau mereka yang bertempat tinggal atau berkedudukan di Amerika Serikat, atau
    c. Untuk mana warga Negara atau mereka yang bertempat tinggal atau berkedudukan di Amerika Serikat memiliki hak-hak ekonomi yang diperoleh dari Undang-Undang Hak Cipta, atau untuk mana suatu badan hukum (yang secara langsung atau tak langsung dikendalikan, atau mayoritas dari saham-sahamnya atau hak kepemilikan lainnya dimiliki, oleh warga Negara atau mereka yang bertempat tinggal atau berkedudukan di Amerika Serikat) memiliki hak-hak ekonomi itu; d. Program atau piranti lunak computer, buku pedoman penggunaan program atau piranti lunak computer dan buku-buku sejenis lainnya yang pertama kali diterbitkan di Amerika Serikat.
               
    Selain itu dasar-dasar hukum lainnya, yaitu:
    −   Undang-undang Nomor 7/1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing the World Trade Organization (WTO) 
    −    Undang-undang Nomor 12/1997 tentang Hak Cipta
    −    Undang-undang Nomor 14/1997 tentang Merek
    −   Keputusan Presiden RI No. 15/1997 tentang Pengesahan Paris Convention for the  Protection of         Industrial Property dan Convention Establishing the World Intellectual Property Organization
    −   Keputusan Presiden RI No. 17/1997 tentang Pengesahan Trademark Law Treaty
    −   Keputusan Presiden RI No. 18/1997 tentang Pengesahan Berne Convention for Protection of
         Literary and Artistic Works
    −   Keputusan Presiden RI No. 19/1997 tentang Pengesahan WIPO Copyrights Treaty

    Jika seseorang melakukan suatu pelanggaran terhadap hak cipta orang lain maka orang tersebut dapat dikenakan tuntutan pidana maupun gugatan perdata. Jika anda atau perusahaan melanggar hak cipta pihak lain, yaitu dengan sengaja dan tanpa hak memproduksi, meniru atau menyalin, menerbitkan atau menyiarkan, memperdagangkan atau mengedarkan atau menjual karya-karya hak cipta pihak lain atau barang-barang hasil pelanggaran hak cipta (produk-produk bajakan) maka berarti seseorang tersebut telah melakukan tindak pidana yang dikenakan sanksi-sanksi pidana sebagai berikut.

    KETENTUAN PIDANA
    PASAL 72
    1.   Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (Lima ratus juta rupiah).
    (2)  Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling banyak Rp. 500.000.000.000,00 (Lima ratus juta rupiah).
    (3)  Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak memperbanyak penggunaan untuk kepentingan komersial suatu Program Komputer dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling banyak Rp. 500.000.000.000,00 (Lima ratus juta rupiah).
    (4)  Barang siapa dengan sengaja melanggar pasal 17 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling banyak Rp. 1.000.000.000.000,00 (Satu milyar rupiah).
    (5)  Barang siapa dengan sengaja melanggar pasal 19, pasal 20, atau pasal 49 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan atau denda paling banyak Rp. 150.000.000.000,00 (Seratus lima puluh juta rupiah).
    (6)  Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar pasal 24 atau pasal 55 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan atau denda paling banyak Rp. 150.000.000.000,00 (Seratus lima puluh juta rupiah).
    (7)  Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar pasal 25 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan atau denda paling banyak Rp. 150.000.000.000,00 (Seratus lima puluh juta rupiah).
    (8)  Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar pasal 27 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan atau denda paling banyak Rp. 150.000.000.000,00 (Seratus lima puluh juta rupiah).
    (9)  Barang siapa dengan sengaja melanggar pasal 28 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling banyak Rp. 1.500.000.000.000,00 (Satu milyar lima ratus juta rupiah).

    2.4 Jenis-Jenis HAKI

    Di dalam Buku Panduan Hak Kekayaan Intelektual (2006 : 3), dinyatakan bahwa secara garis besar HKI dibagi dalam 2 (dua) bagian, yaitu:

    1.   Hak Cipta
    Hak Cipta adalah hak khusus bagi pencipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya. Termasuk ciptaan yang dilindungi adalah ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, sastra dan seni.
    Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta :
    Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.(Pasal 1 ayat 1)

    Hak cipta diberikan terhadap ciptaan dalam ruang lingkup bidang ilmu pengetahuan, kesenian, dan kesusasteraan. Hak cipta hanya diberikan secara eksklusif kepada pencipta, yaitu "seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas inspirasinya lahir suatu ciptaan berdasarkan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan atau keahlian yang dituangkan dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi".


          Yang termasuk ke dalam subyek hak cipta yaitu:
    −    Pencipta
    Seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas inspirasinya lahir suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan atau keahlian yang dituangkan dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi.
    −    Pemegang Hak Cipta
                Pencipta sebagai Pemilik Hak Cipta atau orang lain yang menerima lebih lanjut hak dari orang tersebut diatas.
                Sementara yang termasuk obyek hak cipta yaitu:
    −    Ciptaan
                 yaitu hasil setiap karya Pencipta dalam bentuk yang khas dan menunjukkan keasliannya dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni dan sastra. Ciptaan yang dilindungi adalah Ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra.

         Undang-Undang yang mengatur hak cipta yaitu:
    Ø  UU Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
    Ø  UU Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta (Lembaran Negara RI Tahun 1982 Nomor 15)
    Ø  UU Nomor 7 Tahun 1987 tentang Perubahan atas UU Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta (Lembaran Negara RI Tahun 1987 Nomor 42)
    Ø  UU Nomor 12 Tahun 1997 tentang Perubahan atas UU Nomor 6 Tahun 1982 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 7 Tahun 1987 (Lembaran Negara RI Tahun 1997 Nomor 29)

    Batasan tentang apa saja yang dilindungi sebagai hak cipta, dijelaskan pada rumusan
    pasal 12 Undang-Undang Hak Cipta (UHC) Indonesia yaitu sebagai berikut.
    Ayat 1
    Dalam Undang-Undang ini ciptaan yang dilindungi adalah ciptaan dalam bidang ilmu
    pengetahuan, seni, dan sastra yang mencakup:
    a) Buku, program komputer, pamflet, susuan perwajahan (lay out), karya tulis yang diterbitkan,
    dan semua hasil karya tulis lain.
    b) Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu.
    c) Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan.
    d) Lagu atau musik dengan atau tanpa teks.
    e) Drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim.
    f) Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat,
    seni patung, kolase, dan seni terapan.
    g) Arsitektur.
    h) Peta.
    i) Seni batik.
    j) Fotografi.
    k) Sinematografi.
    l) Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database, dan karya lainnya dari hasil
    pengalihwujudan.

    Ayat 2
    Ciptaan sebagaimana dimaksud dalam huruf l dilindungi sebagai ciptaan tersendiri, dengan tidak mengurangi hak cipta atas ciptaan asli.

    Ayat 3
    Dalam lindungan sebaagimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) termasuk juga semua ciptaan yang tidak atau belum diumumkan, tetapi sudah merupakan suatu bentuk kesatuan yang
    nyata, yang memungkinkan perbanyakan hasil karya itu.Dengan demikian dapatlah dipahami bahwa yang dilindungi oleh UHC adalah yang termasuk dalam karya ilmu pengetahuan, kesenian, kesustraan. Sedangkan yang termasuk dalam cakupan hak kekayaan perindustrian tidak termasuk dalam rumusan pasal tersebut, meskipun yang disebutkan terakhir ini juga merupakan kekayaan immateril. Satu hal yang dicermati adalah yang dilindungi dalam hak cipta ini yaitu haknya, bukan benda yang merupakan perwujudan dari hak tersebut.
               



    2.   Hak Kekayaan Industri
          Hak kekayaan industry meliputi:
                2.1 Hak Paten
                      Hak paten berdasarkan penjelasan dari Direktorat Jendral HKI (2006 :17) adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil invensi/temuannya di bidang teknologi yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri invensinya tersebut atau memberikan persetujuan kepada pihak lain untuk melaksanakannya. Dimaksudkan dengan invensi adalah ide inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi, dapat berupa produk atau proses, atau penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses. Inventor adalah seorang yang secara sendiri atau beberapa orang yang secara bersama-sama melaksanakan ide yang dituangkan ke dalam kegiatan yang menghasilkan invensi.
    Dasar hukum dari perlindungan hak paten adalah UU No. 14 Tahun 2001 tentang hak paten beserta berbagai peraturan perundang-undangan yang terkait dengan perlindungan paten. Paten diberikan dalam ruang lingkup bidang teknologi, yaitu ilmu pengetahuan yang diterapkan dalam proses industri. Di samping paten, dikenal pula paten sederhana (utility models) yang hampir sama dengan paten, tetapi memiliki syarat-syarat perlindungan yang lebih sederhana. Paten dan paten sederhana di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Paten (UUP). Paten hanya diberikan negara kepada penemu yang telah menemukan suatu penemuan (baru) di bidang teknologi. Yang dimaksud dengan penemuan adalah kegiatan pemecahan masalah tertentu di bidang teknologi yang berupa :
    − proses
    − hasil produksi
    − penyempurnaan dan pengembangan proses
    − penyempurnaan dan pengembangan hasil produksi
    Undang-Undang yang mengatur tentang paten yaitu:
    − UU Nomor 6 Tahun 1989 tentang Paten (Lembaran Negara RI Tahun1989 No. 39)
    − UU Nomor 13 Tahun 1997 tentang Perubahan UU Nomor 6 Tahun 1989 tentang Paten (Lembaran Negara RI Tahun 1997 Nomor 30)
    − UU Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten (Lembaran Negara RI Tahun 2001 Nomor 109)
     2.2 Hak Merek
           Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 :
    ·   Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf- huruf, angka- angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur- unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa. (Pasal 1 Ayat 1)
    ·     Merek merupakan tanda yang digunakan untuk membedakan produk (barang dan atau jasa) tertentu dengan yang lainnya dalam rangka memperlancar perdagangan, menjaga kualitas, dan melindungi produsen dan konsumen.
    ·    Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa (Pasal 1 Undang-undang Merek).

    Fungsi merek adalah sebagai : 1) tanda pengenal untuk membedakan hasil produksi yang dihasilkan seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum dengan produksi orang lain atau badan hukum lainnya; 2) sebagai alat promosi, sehingga mempromosikan hasil produksinya cukup dengan menyebut mereknya; 3) sebagai jaminan atas mutu barangnya; 4) menunjukkan asal barang/jasa yang dihasilkannya, inilah yang sering dikenal dengan indikasi geografis.

    Istilah-istilah dalam hak merek yaitu:
    Merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya.
    Merek jasa yaitu merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya.
    Merek kolektif adalah merek yang digunakan pada barang atau jasa dengan karakteristik yang sama yang diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum secara bersama-sama untuk membedakan dengan barang atau jasa sejenis lainnya.

    Hak atas merek adalah hak khusus yang diberikan negara kepada pemilik merek yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek untuk jangka waktu tertentu, menggunakan sendiri merek tersebut atau memberi izin kepada seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk menggunakannya.

    Undang-Undang yang mengatur tentang hak merek yaitu:
    UU Nomor 19 Tahun 1992 tentang Merek (Lembaran Negara RI Tahun 1992 Nomor 81)
    UU Nomor 14 Tahun 1997 tentang Perubahan UU Nomor 19 Tahun 1992 tentang Merek (Lembaran Negara RI Tahun 1997 Nomor 31)
    UU Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek (Lembaran Negara RI Tahun 2001 Nomor 110).

    2.3 Hak Desain Industri
                      (Berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 Tentang Desain Industri) :
                      Desain Industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan daripadanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan. (Pasal 1 Ayat 1).
    UU yang mengatur tentang desain industry ini adalah UU No. 31 Tahun 200 tentang Desain Industri. Lingkup desain industri yang mendapat perlindungan adalah : 1) desain industri baru; 2) tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku, ketertiban umum, agama, atau kesusilaan. Jangka waktu perlindungan terhadap hak desain industri adalah 10 tahun terhitung sejak tanggal penerimaan. Subyek dari hak desain industri ádalah pendesain atau yang menerima hak tersebut dari pendesain.

    2.4 Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
          (Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak   
           Sirkuit Terpadu) :

                Sirkuit Terpadu adalah suatu produk dalam bentuk jadi atau setengah jadi, yang di dalamnya terdapat berbagai elemen dan sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen aktif, yang sebagian atau seluruhnya saling berkaitan serta dibentuk secara terpadu di dalam sebuah bahan semikonduktor yang dimaksudkan untuk menghasilkan fungsi elektronik.(Pasal 1 Ayat 1)
                Desain Tata Letak adalah kreasi berupa rancangan peletakan tiga dimensi dari berbagai elemen, sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen aktif, serta sebagian atau semua interkoneksi dalam suatu Sirkuit Terpadu dan peletakan tiga dimensi tersebut dimaksudkan untuk persiapan pembuatan Sirkuit Terpadu. (Pasal 1 Ayat 2)

    2.5 Hak atas Rahasia Dagang
         (Menurut Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang) :
                Rahasia Dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang teknologi dan/atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik Rahasia Dagang.
                Lingkup perlindungan rahasia dagang adalah meliputi metode produksi, metode
    pengolahan, metode penjualan, atau informasi lain di bidang teknologi dan/atau bisnis yang memiliki nilai ekonomi dan tidak diketahui oleh masyarakat umum.

    2.6 Indikasi Geografis
          (Berdasarkan Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 Tentang Merek) :
    Indikasi-geografis dilindungi sebagai suatu tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang yang karena faktor lingkungan geografis termasuk faktor alam, faktor manusia, atau kombinasi dari kedua faktor tersebut, memberikan ciri dan kualitas tertentu pada barang yang dihasilkan.(Pasal 56 Ayat 1)
    Sedangkan indikasi asal adalah suatu tanda yang memenuhi ketentuan tanda indikasi geografis yang tidak didaftarkan atau semata-mata menunjukkan asal suatu barang atau jasa.




    BAB III
    PERMASALAHAN HAKI


    HAKI mendapatkan sorotan khusus karena hak tersebut dapat disalahgunakan dengan jauh lebih mudah dalam kaitannya dengan fenomena konvergensi teknologi informasi yang terjadi. Tanpa perlindungan, obyek yang sangat bernilai tinggi ini dapat menjadi tidak berarti apa-apa, ketika si pencipta atau penemu tidak mendapatkan penggantian biaya yang telah dikeluarkannya selama proses penciptaan ketika orang lain justru yang memperoleh manfaat ekonomis dari karyanya. Di Indonesia pelanggaran HAKI sudah dalam taraf yang sangat memalukan. Indonesia mendudki peringkat ketiga terbesar dunia setelah Ukraine dan China dalam soal pembajakan software. Tingkat pembajakan yang terjadi di Indonesia dalam bidang komputer sungguh sangat memprihatinkan. Sekitar lebih dari 90% program yang digunakan di Indonesia merupakan program yang disalin secara ilegal.
    Dampak dari pembajakan tersebut menurunkan citra dunia Teknologi Informasi Indonesia pada umumnya. Hal ini menurunkan tingkat kepercayaan para investor, dan bahkan juga menurunkan tingkat kepercayaan calon pengguna tenaga TI Indonesia. Pada saat ini bisa dikatakan tenaga TI Indonesia belum dapat dipercaya oleh pihak Internasional, hal ini tidak terlepas dari citra buruk akibat pembajakan ini. Yang lebih memprihatinkan lagi dikarenakan Indonesia merupakan Negara Asia pertama yang ikut menandatangani Perjanjian “Internet Treaty” di Tahun 1997. Tapi Indonesia justru masuk peringkat tiga besar dunia setelah Vietnam dan Cina, sebagai Negara paling getol membajak software berdasarkan laporan BSA (Bussiness Software Alliance).
    Suburnya pembajakan software di Indonesia disebabkan karena masyarakatnya masih belum siap menerima HaKI, selain itu pembajakan software sepertinya sudah menjadi hal yang biasa sekali di negeri kita dan umumnya dilakukan tanpa merasa bersalah. Bukan apa-apa, di satu sisi hal ini disebabkan karena masih minimnya kesadaran masyarakat terhadap nilai-nilai hak dan kekayaan intelektual yang terdapat pada setiap software yang digunakan. Di sisi lain, harga-harga software propriatery tersebut bisa dikatakan diluar jangkauan kebanyakan pengguna di indonesia. Berikut adalah daftar harga software asli dari Microsoft:
    01. CD Original Windows® 98 Second Edition US$75
    02. CD Original Windows® Millennium Edition US$75
    03. CD Original Windows® XP Home Edition US$75
    04. CD Original Windows® 2000 Professional 1-2CPU US$175
    05. CD Original Windows® XP Professional US$175
    06. CD Original Windows® 2000 Server 1-4CPU for 5 CALs US$750
    07. CD Original Office 2000 SBE Edition (includes MS Word, MS Excel, MS
          Outlook, MS Publisher,Small Business Tools) US$210
    08. CD Original Office XP Small Business Win32 English (includes MS Word, MS
          Excel, MS Outlook, MS Publisher) US$200.

     Harga di atas tentunya sangat jauh jika dibandingkan dengan cd bajakan yang ada di Indonesia. Bagi kita pun, rasanya seperti sudah sangat biasa kita menemukan betapa sofware-software tersebut ataupun dalam bentuk collection yang dijual hanya dengan harga yang berkisar antara lima hingga beberapa puluh ribu rupiah di toko-toko komputer, ataupun perlengkapan aksesorisnya.
    Permasalahan yang cukup menggelitik adalah kenyataan bahwa penggunaan software bajakan ini tidak hanya melingkupi publik secara umum saja, namun pula mencakup kalangan korporat, pemerintahan, atau bahkan para penegak hukumnya sendiri pun bisa dikatakan belum bisa benar-benar dikatakan bersih dari penggunaan software bajakan. Bagaimana sebenarnya cara yang bisa menjadi pemecahan terbaik dan cost-efective untuk melegalisasikan penggunaan software tersebut? Baik menggunakan opensource ataupun proprietary sama-sama membutuhkan investasi yang (secara makro) cukup besar.
    Umumnya sumber daya manusia yang dimiliki saat ini sudah terlatih untuk menggunakan software yang umum digunakan seperti WindowsOffice, dan sejenisnya yang merupakan proprietary software, dan untuk menggunakan software proprietary secara legal membutuhkan biaya yang cukup besar. Di sisi lain solusi ini barangkali terjawab dengan software opensource seperti Linux dengan StarOffice misalnya, namun hal ini juga membutuhkan biaya untuk training SDM yang saat ini dimiliki dan invisible-cost yang muncul akibat turunnya produktifitas selama masa adaptasi.
    Untuk mengurangi angka pembajakan software di Indonesia, pemerintah Indonesia akan menggiatkan kampanye melawan pelanggaran Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) dan akan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya masalah ini. Pemerintah juga akan meningkatkan frekuensi pembersihan (razia), memperberat hukuman terhadap para pelanggar HAKI dan melakukan usaha-usaha untuk mencegah masuknya produk-produk bajakan ke Indonesia. Salah satu langkah yang diambil pemerintah Indonesia adalah dengan membentuk Tim Keppres 34, yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan perundang-undangan hak cipta, merek dan paten. 



    BAB IV
    DAMPAK PELANGGARAN HAKI


    Dampak pembajakan software di Indonesia tidak hanya merugikan perusahaan pembuat software saja, tetapi pemerintah Indonesia juga akan terkena dampaknya. Industri software local menjadi tidak berkembang karena mereka tidak mendapat hasil yang setimpal akibat aksi pembajakan ini. Selain itu mereka menjadi enggan untuk memproduksi software, karena selalu khawatir hasilnya akan dibajak.
    Terlepas dari perusahaan software yang semakin hari merugi karena aksi pembajakan, sebetulnya dunia TI Indonesia kini benar-benar menghadapi suatu masalah besar. Dengan berlakunya TRIPs (Trade Related aspects of Intellectual Property Rights Agreement) yang dicanangkan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) mulai 1 Januari 2000, produsen-produsen paket piranti lunak komputer terutama yang tergabung dalam Business Software Alliance (BSA) akan menuntut pembajak program buatan mereka ditindak tegas sesuai ketentuan. Amerika Serikat, melalui United State Trade Representatif yang dalam beberapa tahun belakangan ini menempatkan Indonesia pada posisi priority watch list.
     Kedudukan ini sekelas dengan negara-negara lain seperti, Cina, Bulgaria, Israel, Malaysia, Brunei, Afrika Selatan, Mexico, maupun Korea. Padahal, pengelompokan ini bukan tanpa sanksi. Jikalau Indonesia tak dapat memperbaiki keadaan, maka sanksinya adalah penggunaan spesial 301 pada United States (US) Trade Act. Ketentuan ini memberikan mandat kepada pemerintah Amerika Serikat untuk melakukan pembalasan (retaliation) di bidang ekonomi kepada Indonesia.
     "Dalam hal ini, pasar Indonesia di Amerika Serikat yang menjadi taruhannya, bidang yang menjadi sorotan utama, yakni hak cipta menyangkut pembajakan video compact disk serta program komputer, dan paten berkenaan dengan obat-obatan (pharmaceuticals). Karena itu, yang penting sebenarnya, adalah komitmen dari penegak hukum Indonesia pada standar internasional mengenai HaKI sendiri. Apalagi, Indonesia sudah menyatakan ikut dalam convention Establishing on the World Trade Organization (Konvensi WTO) yang di dalamnya terdapat Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights Agreement(TRIPs).
    Memang hukuman tersebut belum dilakukan secara langsung, tapi dapat berakibat pada eksport Indonesia ke USA, dan yang buntut-buntutnya mempengaruhi perekonomian Indonesia pada umumnya. Sayang sekali masih diabaikan oleh masyarakat luas, termasuk pihak pendidikan, bidang HAKI sangat lekat dengan pertumbuhan perekonomian suatu negara. Pertumbuhan penghormatan atas HAKI tumbuh sejalan dengan pertumbuhan perekonomian suatu negara. "Jikalau suatu negara perekonomiannya tergantung pada investasi asing, maka mereka pun sangat berkepentingan dengan perlindungan HAKI. Keluhan utama dari investor Amerika Serikat adalah belum memadainya penegakan hukum bidang HAKI di Indonesia. Dua hal yang menjadi sorotan utama, yakni penghormatan hak cipta yang menyangkut pembajakan VCD dan program komputer, serta penghargaan hak paten berkenaan dengan obat-obatan.

      



    BAB V
    SOLUSI PELANGGARAN HAKI


    Untuk menekan pembajakan software, maka alternative pertama adalah dengan menggunakan software berbasis linux yang disebarluaskan tanpa dipungut biaya. Sehingga tetap bias mendapatkan harga murah, tanpa harus menggunakan software bajakan. Namun hal tersebut masih sulit dilakukan. Walaupun beberapa terakhir ini pihak pedagang sudah berupaya keras menyosialisasikan software linux yang gratis. Namun pembeli masih memilih software Microsoft yang sudah diakrabinya sejak lama. Untuk ini memang butuh waktu, karena linux memang relative baru dikenal masyarakat umum. Butuh advokasi market, agar software linux bias memasyarakat.
    Alternative pilihan yang kedua yaitu dengan diadakannya program “Campus Agreement” guna memberi lisensi masal bagi computer kampus dengan  harga jauh lebih murah, antara lain untuk Windows 98,Windows NT, dan Microsoft Office. Apabila model ini dapat disosialisasikan secara luas dikalangan kampus, maka semestinya tidak ada lagi alasan pembenaran bagi tindakan pembajakan software di lingkungan kampus.
    Tawaran dari pihak Microsoft Indonesia dengan memanfaatkan Microsoft Campuss Agreement memang lumayan menolong. Akan tetapi pada kenyataan di lapangan tidak semua institusi pendidikan memiliki dana yang memadai untuk membayar lisensi. Berikut ini diberikan ilustrasi mengenai besarnya dana yang perlu dikeluarkan oleh suatu institusi pendidikan. Terus terang informasi ini hanyalah interpretasi dari informasi yang ada pada situs Microsoft.
    Memang institusi pendidikan menghadapi dilema berat dalam aspek legalitas perangkat lunak dan pembiayaannya. Sebagai contoh harga piranti lunak yang biasa digunakan adalah sebagai berikut (informasi ini hanya perkiraan minimal):
    Program           Harga satuan
    Windows 95    USD 160
    Program           Harga satuan
    Windows 98    USD 200
    Windows NT  USD 598 (tanpa lisensi CAL)
    CAL Windows NT     USD 15 per 1 user terkoneksi ke server
    Jadi sebagai contoh misal suatu institusi dengan 100 komputer yang menggunakan MS Windows 98 sebagai sistem opersi maka akan menghabiskan dana sekitar :
    Jenis                                                    Jumlah             Harga              Total
    Lisensi MS Windows                         98        100      200                  20.000
    Lisensi MS Windows NT                   1          598      598
    CAL untuk MS Windows NT                        15        100      1500
    Total                                                                                                   22098
    Sehingga berdasarkan perkiraan kasar di atas, suatu institusi yang memiliki 100 komputer dan 1 NT server akan menghabiskan minimal 22.098 USD hanya untuk pembelian lisensi sistem operasi. Belum termasuk biaya program aplikasinya. Memang lisensi dari vendor tidak sesimple di atas, ada beberapa model lisensi misal :
    •           Premium customer. Lisensi ini diberikan kepada kustomer kelas besar yang juga meliputi dukungan teknis dan akses kepada pengetahuan internal (Knowledge Base).
    •           Customer biasa : Hanya memperoleh dukungan teknis dari partner (Solution Provider, CTEC, dan lain-lain)
    •           MOLP (Microsoft Official License Programing), dikenal juga dengan istilah paket hemat, akan tetapi tampaknya kini telah tidak ada lagi.
    •           Lisensi massal yang diberikan kepada suatu institusi yang menggunakan program dalam jumlah banyak, misal untuk institusi pendidikan dikenal dengan Microsoft Campus Agreement
    Tetapi dalam bahasan ini hanya akan dibahas suatu lisensi keringanan yang biasa diberikan bagi kampus. Lisensi ini memungkinkan suatu anggota institusi untuk memiliki perangkat lunak produk MS secara lebih murah, karena pihak institusi telah membayar secara borongan per tahun berdasarkan jumlah warga institusi tersebut. Berdasarkan informasi pada situs http:atauatauwww.microsoft.comataueducationataulicenseataucampus.asp
    Perhitungan biaya akan dihitung dengan jumlah full time equivalent (FTE). FTE dihitung berdasarkan jumlah staf dan pengajar yang dilaporkan pihak sekolah ke pemerintah. Berdasarkan informasi di situs tersebut, perhitungan FTE adalah sebagai berikut :
    Dosen tetap + dosen tidak tetapatau3 + staf tetap + staf tidak tetapatau3 = total FTE
    Misalkan untuk suatu universitas dengan 1000 staf tetap dan 300 staf tidak tetap, maka FTE total adalah sekitar 1100 (jumlah ini merupakan jumlah tipikal bagi universitas di kota besar Indonesia). Misalkan tiap point 1 FTE harus membayar sekitar Rp 100.000,- (ini perhitungan minimum). Maka biaya yang harus dikeluarkan institusi tersebut per tahun adalah 1100 x Rp 100.000 yaitu sekitar Rp 110.000.000,- untuk tahun pertama.
    Tahun berikutnya akan dibebani biaya perpanjangan kontrak kembali. Lisensi tersebut akan meliputi program :
    •           Microsoft Office Standard & Professional Editions
    •           Microsoft Office Macintosh Edition
    •           Microsoft Windows Upgrades
    •           Microsoft BackOffice Server Client Access License (CAL)
    •           Microsoft FrontPage
    •           Microsoft Visual Studio? Professional Edition
    •           Microsoft Office Starts Here?atauStep by Step Interactive by Microsoft Press
    Dari keterangan di atas jelas belum termasuk program-program seperti compiler, pengolah grafik yang juga dibutuhkan untuk suatu institusi pendidikan.
    Tentu yang akan menjadi pertanyaan, apakah setiap institusi pendidikan di Indonesia mampu membayar beban ini ?, sebab ujung-ujungnya mahasiswalah yang menerima beban ini. Tentu harus dicarikan lagi jalan keluar pelengkap bagi institusi yang memiliki keterbatasan dana atau ingin secara bijaksana memanfaatkan dana dari mahasiswanya.
    Memang kemudian pihak institut dapat menjual ulang ke mahasiswa atau staff dengan dikenakan biaya seharga $25 -$50 untuk mendapatkan perangkat lunak tersebut. Memang biaya ini lebih murah dibandingkan academic price, tetapi tetap tinggi untuk ukuran Indonesia.Bahkan dengan kata lain secara tidak langsung pihak universitas menjadi ujung tombak pemasaran vendor kepada para mahasiswa.
    Pilihan alternatif
    Solusi yang ada dan ditawarkan oleh para vendor saat ini akhirnya tetap akan mengakibatkan pengeluaran dana yang sangat besar. Walaupun telah menggunakan beragam lisensi yang mencoba meringankan biaya. Tetapi bila nilai tersebut kita kalikan dengan jumlah perusahaan menengah yang ada di Indonesia, maka jumlah tersebut akan menjadi cukup besar, dan menjadi beban ekonomi yang tidak bisa diabaikan lagi. Tentu akan timbul pertanyaan, apakah ada solusi lain untuk lepas dari kondisi ini ?. Jawabannya adalah ada, dan akan dipaparkan pada tulisan ini.
    Beberapa kemungkinan solusi untuk menghindari masalah di tuduhan pembajakan adalah sebagai berikut :
    •           Pasrah dan terpaksa membeli perangkat lunak yang digunakan. Baik sistem operasi, maupun aplikasinya. Sudah barang tentu bagi institusi besar sebaiknya memanfaatkan segala bentuk lisensi yang meringankan biaya total. Tetapi melihat sebagian besar peringanan biaya ini hanya berlaku bagi perusahaan atau institusi yang menggunakan salinan lebih dari 5 komputer, tentu bagi perusahaan kecil tetap akan membayar dengan harga biasa. Dengan kondisi perekonomian Indonesia saat ini, solusi ini akan menimbulkan beban ekonomi yang cukup besar. Bayangkan bagi suatu perusahaan atau lembaga pendidikan yang memiliki 100 unit komputer. Sudah barang tentu mau tidak mau terpaksa mengharap belas kasihan para vendor untuk meringankan biaya lisensi. Permasalahan perkiraan biaya dengan solusi ini telah dijabarkan di atas.
    •           Mengembangkan perangkat lunak yang digunakan, baik sistem operasi maupun aplikasinya. Solusi ini sangatlah ideal dan akan sangat baik sekali bila dapat dilaksanakan. Sudah barang tentu akan memakan waktu yang banyak serta Sumber Daya Manusia yang tidak main-main. Secara jujur dapat dikatakan SDM bidang Teknologi Informasi di Indonesia belumlah mampu melakukan hal ini secara luas. Hal ini tidak terlepas, dari kenyataan saat ini, sebagian besar dari kegiatan praktisi TI adalah pada penguasaan ketrampilan operasional dan implementasi dari sistem. Di tambah lagi dengan kenyataan bahwa akses ke informasi internal dari teknologi perangkat lunak yang digunakan sangatlah terbatas.
    •           Memanfaatkan aplikasi Open Source, dan turut mengembangkannya sehingga dapat menyesuaikan dengan kebutuhan yang ada. Program Open Source merupakan suatu program yang memiliki sistem lisensi yang berbeda dengan program komersial pada umumnya. Lisensi hukum yang digunakan pada program Open Source memungkinkan penggunaan, penyalinan, dan pendistribusian ulang secara bebas, tanpa dianggap melanggar hukum dan etika. Program Open Source relatif sudah dikembangkan cukup lama, dan telah dimanfaatkan sebagai tulang punggung utama dari sistem Internet. Beragam aplikasi Open Source saat ini tersedia secara bebas. Pemanfaatan Open Source secara luas di Indonesia akan menghindari dari pengeluaran biaya serta tuduhan pembajakan. Bahkan komunitas pengguna Open Source pun telah tumbuh luas di berbagai daerah di Indonesia dari Banda Aceh ( http:atauatauaceh.linux.or.id hingga Makassar http:atauatauupg.linux.or.id.
    Dari ketiga kemungkinan tersebut, dengan mempertimbangkan keterbatasan waktu, biaya dan SDM maka solusi dengan memanfaatkan aplikasi Open Source sangatlah menjanjikan untuk diterapkan untuk mengatasi masalah ini. Sayang sekali hingga saat ini masih sedikit tanggapan dari pihak Pemerintah mengenai kemungkinan pemanfaatan Open Source sebagai solusi masalah HaKI.
    Sebagai perkembangan dari pemanfaatan aplikasi open source, maka bila dana yang seharusnya digunakan untuk membeli perangkat lunak, dikumpulkan untuk mendanai programmer Indonesia untuk mengembangkan aplikasi Open Source tentu akan memberikan manfaat yang lebih besar, daripada membeli aplikasi jadi dari luar negeri. Tentu saja ini membutuhkan visi masa depan, bukan sekedar visi jangka pendek.
    Memang tidak harus suatu institut hanya memakai Open Source, ataupun hanya memakai vendor based aggrement. Prosentase kombinasi haruslah dipertimbangkan berdasarkan kebutuhan jangka panjang dan ketersediaan dana. Dalam rangka menekan angka pembajakan di Indonesia, Tim Nasional Penanggulangan Pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual (Timnas PPHKI) akan membuat program pendidikan dasar hak cipta.
    “Program ini dilakukan sebagai langkah preventif dengan cara membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya hak cipta,” ujar Andi N Sommeng, Sekretaris Timnas PPHKI pada acara peluncuran kampanye nasional HKI antipenggunaan software ilegal di The Darmawangsa Hotel, Jakarta, Kamis (12/02).
    Ia menjelaskan bahwa nantinya PPHKI akan menerapkan pendidikan dasar hak cipta ini ke dalam dua jalur, yaitu degree dan non-degree. Untuk jalur degree, menurutnya, nanti PPHKI akan mengusulkan kepada Diknas agar pendidikan dasar hak cipta ini diselipkan dalam kurikulum pendidikan.
    Dalam waktu dekat PPHKI akan bekerja sama dengan perguruan tinggi mengenai program ini. Sementara itu, untuk program pendidikan hak cipta non-degree, rencananya akan dibuat semacam pelatihan yang nantinya akan menelurkan praktisi-praktisi atau konsultan hak cipta.

    as the reds go marching on on on ! 
    sumber : google.com

    Linkss